Sebenarnya, cerita semacam ini sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Peliknya persaingan menjadi anak kesayangan antara Yohan dan Erwin sebagai kakak beradik, memang mirip dengan cerita keluarga dimana saja. Pasti selalu ada satu anak yang lebih disayang oleh orang tua daripada anak yang lain, atau setidaknya, ada satu anak yang merasa saudaranya lebih di sayangi daripada dirinya. Kemudian, saya juga harus memuji penggunaan dialog dalam film ini, sangat realistis, tak terlalu puitis atau pun baku, namun tetap dapat dikutip dan mengandung pesan yang berbobot.
Anyway, kekurangan dari film ini, mungkin terletak dari terlalu banyaknya pemeran pendukung yang tak terlalu penting dan tak terlalu menyumbang banyak dalam kemajuan alur cerita, misalnya para pegawai di toko Koh Afuk diperankan oleh stand-up komedian terkenal. Sudah bisa ditebak sebenarnya mereka ditempatkan di dalam film untuk menarik sebanyak mungkin penonton. Dialog yang seharusnya lucu, mungkin lebih baik disebut "menyenangkan" daripada lucu ya... fun, not funny just yet. Saya rasa lelucon jorok, apalagi merendahkan perempuan, sudah ketinggalan zaman, kampungan, dan lebih pantas disebut pelecehan.
Terlepas dari kekurangannya, film ini boleh lah ditonton, dan beberapa pilihan penyelesaian masalahnya, mengingatkan saya pada film-film komedi lawas seperti Warkop DKI.