Seperti Apakah Hubungan Pacaran yang Sehat itu?

Sering banget, kita dengar apa aja yang kriteria hubungan yang tidak sehat atau karakteristik pasangan toxic. Tapi buat orang yang sering salah memilih pasangan dan sering terjebak dalam hubungan toxic, mungkin tidak memiliki gambaran hubungan yang sehat itu seperti apa. Malah, gue pernah lihat orang yang terlalu terpaku dengan "red flags" dalam hubungan pacaran, sampai kekurangan manusiawi pasangannya, dianggap sebagai hal toxic. Padahal tidak selalu begitu Ferguso. Namanya manusia, pasti punya kekurangan, dan nggak ada satu pun orang di dunia ini yang sempurna.

Kali ini gue mau kasih beberapa ciri hubungan pacaran yang sehat alias "green flags". Penting banget buat kalian tahu juga apa aja ciri-ciri yang sehat, supaya tidak melulu mencari kesalahan orang lain. Postingan kali ini, wajib banget di baca sampai tuntas!

Foto dari Unsplash.

Bersama dia, lo bisa jadi diri sendiri

Ini adalah tanda nomor satu dan yang paling penting menurut gue pribadi. Pernah nggak sih, lo merasa ngga nyaman bersama beberapa orang, karena lo harus berusaha menjadi orang lain? Nah, gimana kalau dengan pasangan? Apakah lo merasa harus jadi orang lain ketika lagi bersama dengan dia? Coba jujur dan jawab sendiri pertanyaan gue barusan.

Ketika lo bisa jadi diri sendiri, maksud gue seperti ini: (1) waktu lo sedih, lo boleh nangis di depan dia tanpa merasa malu, (2) ketika lo bahagia pun, dia nggak iri dengan kebahagiaan itu, malah dia pun ikut senang, (3) ketika lo lagi pengen nyobain hobi baru – yang positif ya, maksudnya – dia memberikan ruang dan dukungan, atau bahkan ikut mendampingi, dan (4) lo bisa bertumbuh – secara psikis dan pola pikir – dengan alami, lo nggak dipaksa untuk langsung jadi sempurna oleh pasangan. Singkatnya, lo  dan pasangan lo bisa jadi diri kalian sendiri dengan benar-benar jadi diri kalian berdua dengan segala kekurangan dan kelebihan yang kalian miliki.


Kalian berusaha memberikan yang terbaik sebisa yang kalian lakukan untuk satu sama lain

Hubungan yang sehat adalah tempat kalian saling memberi yang terbaik pada satu sama lain. Hubungan yang sehat, bukan hubungan yang berat sebelah; hanya satu orang yang banyak berkorban sementara yang satu lagi hanya bisa mengambil dan mengambil, tidak pernah mau berkorban sedikit pun. Bayangkan saja, punya pasangan yang banyak menuntut, sudah seperti jaksa penuntut paling handal di persidangan. Mau pacaran atau mau memenjarakan orang ya?

Perlakukanlah pasangan lo seperti manusia, dan sebaliknya, carilah pasangan yang memperlakukan lo sebagai manusia. Masing-masing dari kalian pasti punya kesibukan tersendiri, dan hidup tidak melulu soal sayang-sanganan, semua pasti ada waktunya. Ketika sedang berdua, kalian berikan perhatian untuk satu sama lain, tapi saat sedang sibuk dengan urusan masing-masing, belajar juga menghargai waktu mereka. Ketika dia bercerita, jadilah pendengar yang baik. Ketika kalian bercerita, carilah pasangan yang mampu jadi pendengar yang baik. 

Perlu juga dicatat, kalau setiap manusia pasti punya kekurangan dan kelebihan masing-masing. Namun terlepas dari kedua hal itu, lo pastinya berusaha memberikan yang terbaik bagi si dia, dan juga sebaliknya. Ketahui sampai sejauh mana kemampuan lo dan kemampuan dia. Pahami bagaimana cara lo dan dia menyampaikan rasa sayang ke satu sama lain. Mungkin dia bukan orang yang gampang cerita, tapi dia butuh teman saat menghadapi masa-masa sulit. Mungkin lo orang yang ingin selalu mendengar kabar si dia, tanya saja baik-baik, tanpa perlu ngomel apalagi ngegas. Pengorbanan itu akan terasa lebih ringan bila dilakukan dengan ikhlas, dan tak melebihi kemampuan diri.


Kalian nggak berkewajiban menyelesaikan masalah pribadi satu sama lain

Mungkin banyak yang salah paham ya soal ini. Gue kurang setuju dengan ide-ide romantis kalau pacar adalah penyelamat hidup seseorang. No. No. No. Big NO! Hubungan yang sehat tidak menuntut lo atau pun pasangan lo untuk menyelesaikan masalah satu sama lain. Orang yang bisa menyelesaikan masalah kalian adalah diri kalian sendiri, bukan orang lain. Pasangan lo, walau pun sayang, dia hanya bisa menjadi pendukung dan pendamping yang setia selagi lo menyelesaikan semua masalah-masalah hidup yang lo alami.

Pasangan yang baik dan dewasa, tidak akan menginginkan pasangannya menyelesaikan masalah mereka. Biasanya, mereka hanya ingin di dengar dan ditemani selagi berjuang. Pasangan yang baik akan bertanggungjawab dengan hidup mereka sendiri. Kalau dia belum bisa bertanggungjawab dengan hidupnya, bagaimana dia akan bertanggungjawab sama lo nanti? Sebatas memberikan masukan ketika mereka butuh saran, serta memberinya pelukan hangat agar dia semangat dan merasa tidak sendiri, seharusnya cukup. Kalau dia menuntut lebih, ingin lo jadi penyelamatnya, itu tanda dia belum siap menjalani hubungan serius.


Foto dari Unsplash.

Dia tidak pernah menjelek-jelekkan mantan

Memang banyak orang yang sudah tidak berteman dengan mantan mereka. Mungkin dia juga punya beberapa keluhan soal mantannya di masa lampau, tapi kata "mantan" sebenarnya mengindikasikan kalau kita pernah peduli dan sayang pada seseorang di masa lalu. Atas dasar itu, gue berusaha untuk nggak menjelek-jelekan mantan ke pasangan gue yang sekarang. Bukannya memuji diri sendiri ya, tapi itulah tanda kedewasaan dan hormat terhadap orang lain yang sempat singgah, serta, tanda kalau seseorang sudah sepenuhnya move on dari ikatan emosi di masa lalu.

Lagipula, kalau nantinya kalian (amit-amit) putus, bukankah status kalian juga akan menjadi "mantan". Bayangkan betapa horornya memiliki mantan yang menebar kejelekan lo ke semua orang, terutama ke pasangan barunya nanti. Memang sih, kita tidak harus membuktikan diri pada semua orang, namun ada baiknya, kalian mulai mencari pasangan yang stabil secara mental dan tidak suka menyimpan beban emosi dari hubungan di masa lalu. Gue yakin, kalian juga tidak ingin punya pasangan yang setiap curhat hanya bercerita soal hubungan mereka yang sudah berakhir, bukannya fokus dengan hubungan sekarang.


Kalian bisa "tidak setuju" secara damai, dan menghadapi konflik dengan baik

Semua hubungan, cepat atau lambat, pasti memiliki masa tidak bisa sependapat. Baik itu lo atau pun dia, kalian dua orang berbeda yang punya cara dan pemikiran masing-masing. Jadi, sangatlah penting kalau lo memilih orang yang bisa menghadapi konflik dengan baik dan bisa berdamai dengan ketidaksetujuan. Kalau dia bisa tidak setuju dengan lo tapi melakukannya dengan penuh kasih, alias damai, itu adalah ciri dari salah satu "green flags".

Pasangan yang sehat tak bersikap pasif-agresif, mereka dapat mengutarakan apa yang menjadi pokok permasalahan dan menyampaikannya dengan sopan. Sehingga, kalian tidak punya emotional rollercoaster alias emosi naik turun tidak stabil. Baik lo atau pun pasangan, seharusnya tidak menyimpan "kartu score" untuk membuktikan siapa yang sering salah dan siapa yang selalu benar. Berpasangan juga berarti hidup berdampingan, kalau kalian sibuk membuktikan siapa yang "salah" dan siapa yang "benar", kalian tidak akan jadi pasangan yang "benar" bagi satu sama lain.

Foto oleh Brooke Cagle dari Unsplash


Sekarang, gue mau tanya...

Sekarang, setelah kalian tahu "green flags" yang telah gue paparkan di atas, gue punya pertanyaan yang perlu kalian jawab dengan jujur: apakah kalian sendiri sudah menjadi orang yang baik untuk pasangan atau si calon pasangan di masa depan? Sering gue temui kasus dimana seseorang merasa selalu pasangan/mantannya yang salah. Padahal, tidak selalu begitu kenyataannya. Kalau ternyata selama ini, justru lo yang nggak bisa menerima kekurangan dan kelebihan pasangan, sampai-sampai ngatain pasangan lo "lemah" atau "cengeng" waktu mereka downjujur aja, berati lo adalah orang yang toxic.

Coba deh, lo belajar dulu caranya jadi manusia yang sehat itu seperti apa, mumpung belum terlambat. Jangan menuntut pasangan yang sehat kalau diri kita sendiri belum sehat. Jangan mimpi bisa punya pasangan yang dewasa, kalau kelakuan kita sendiri masih seperti anak kecil. Seperti yang sudah gue sampaikan juga, hubungan yang sehat adalah hubungan dimana kalian saling take and give. Makanya, hubungan yang kandas di masa lalu juga tidak mesti salah kita sendiri atau salah orang lain, pasti kita punya salah, dan mereka juga sama. Saling evaluasi saja daripada saling tuding.

Semoga artikel yang gue tulis ini bisa berguna dan membuat hubungan percintaan kalian lebih baik lagi kedepannya. Gue bukan manusia sempurna, gue juga masih perlu banyak belajar. Kalau kalian punya ciri-ciri hubungan sehat lainnya yang belum gue sebutkan di atas, mungkin kalian bisa bagikan di kolom komentar di bawah. See you on the other side!


Referensi luar:
[4] "How to Have Healthy Relationships" oleh Mark Manson

Kamu bisa beri komentar sebagai Anonim, NAMA dan URL Medsos, atau akun Google. Tidak ada moderasi komentar di situs kami. Isi komentar pengguna di luar tanggunjawab Moonhill Indonesia.

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama
Pengunjung situs blog ini diangap telah membaca dan setuju dengan disclaimer konten kami.