Jangan Ikuti Passion-mu!


Sedikitnya, kita pasti pernah mendengar nasehat “ikuti passion-mu” atau “follow your passion” setidaknya sekali dalam hidup. Namun, sebenarnya nasehat itu adalah nasehat terburuk yang pernah ada. Lho? Kok bisa? Yap, bisa banget. Seorang profesor computer science dan penulis, Cal Newport, pernah membahas hal ini dalam sebuah seminar yang bisa kalian tonton di YouTube.

Asal mula gagasan untuk mengajak orang-orang mengikuti passion mereka, bermula dari Amerika. Melihat kesuksesan aktris atau penyanyi mendapatkan penghargaan, pasti dalam pidato mereka akan bilang, “ikuti passionmu” atau “jangan biarkan orang lain bilang kau tidak bisa menggapai impianmu.” Rupanya, kenyataan tak semudah itu. Saat dihadapkan pada kebutuhan hidup, passion kita bisa jadi tidak berlaku. Mereka yang meneriakkan nasehat tersebut belum tentu tahu passion masing-masing orang yang mendengarkannya. Bisa jadi “pekerjaan impian” dalam benak seseorang ya hanya ada dalam mimpi saja. 

Menang, siapa yang tak ingin bahagia dalam pekerjaannya? Semua orang pasti ingin mengerjakan apa yang mereka sukai dan mendapatkan penghasilan. “Follow Your Passion” menjadi gerakkan meromantisasi sebuah profesi pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kecintaan. Namun, dibalik nasehat menyesatkan nan sempit itu, ada kebenaran yang jauh lebih luas. Memiliki “kecintaan” dan “passion” saja tidak cukup. Seseorang juga perlu memiliki “skill” atau keterampilan dalam bidang tersebut. Lihat saja audisi pencarian bakat seperti X Factor atau Indonesian Idol, mereka yang sekedar mengejar passion, pasti tidak terima begitu menyadari tingkat keterampilanya tak sebagus yang dia pikir, dan memiliki kecintaan pada kegiatan menyanyi saja belum cukup. Kalau pun ada yang berbakat dan menjadi pemenang, nama mereka hilang begitu saja setelah kompetisi berakhir. Mungkin mereka sibuk dengan kegemaran baru atau profesi lain yang lebih menghasilkan. Sebab, memiliki bakat juga tidak berarti seseorang akan memiliki minat atau passion dalam bidang yang sama.

Hampir semua orang ingin menjadi seperti Steve Jobs, atau Elon Musk. Padahal sebenarnya, Steve Jobs dan Elon Musk juga tidak mengikuti passion mereka. Steve Jobs dan Elon Musk tidak serta merta memiliki passion dalam bidang teknologi. Mereka melihat “kesempatan” atau “peluang” dalam industri itu terlebih dahulu, baru mengasah ilmunya lebih dalam, dan ketika mereka mulai memahami apa yang mereka kerjakan, kecintaan terhadap profesi tersebut timbul secara natural.

Beberapa penelitian terbaru dari Standford, menguji keyakinan yang dapat menuntun orang untuk berhasil atau gagal dalam mengembangkan minat mereka. Mantra seperti "temukan passion Anda" membawa implikasi tersembunyi, kata para peneliti. Nasehat sesat tersebut menyiratkan, kalau memiliki minat, mencapainya akan mudah. Tapi, penelitian menemukan bahwa ketika orang menghadapi tantangan yang tak terhindarkan, pola pikir tersebut malah membuat orang lebih cenderung akan menyerahkan minat baru mereka. Gagasan bahwa passion ditemukan dalam bentuk utuh/pasti, menyiratkan bahwa jumlah minat yang dimiliki seseorang terbatas. Pola pikir tersebut dapat menyebabkan seseorang mempersempit fokus mereka dan mengabaikan area lain.


"Kembangkan passion-mu" adalah nasihat yang lebih pas.

"Jika kita melihat sesuatu dan berpikir, 'yang tampaknya menarik, itu bisa menjadi area di mana saya dapat memberikan kontribusi,' kita kemudian berinvestasi di dalamnya," kata George Walton, Psychologist Standford. “Kita meluangkan waktu untuk melakukannya, kita menghadapi tantangan, seiring waktu kita membangun komitmen itu.”

Dweck, Profesor Psikologi Lewis dan Virginia Eaton, mencatat: “Para mahasiswa saya, pada awalnya, sangat bersemangat tentang gagasan menemukan hasrat mereka, tetapi seiring waktu mereka menjadi jauh lebih bersemangat mengembangkan hasrat mereka dan mewujudkannya. Mereka mulai memahami bahwa begitulah cara mereka dan masa depan mereka akan dibentuk dan bagaimana mereka pada akhirnya akan memberikan kontribusinya."


Referensi Luar:

Kamu bisa beri komentar sebagai Anonim, NAMA dan URL Medsos, atau akun Google. Tidak ada moderasi komentar di situs kami. Isi komentar pengguna di luar tanggunjawab Moonhill Indonesia.

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama
Pengunjung situs blog ini diangap telah membaca dan setuju dengan disclaimer konten kami.