BLACKPINK: Light Up The Sky – Buktikan Indahnya Keragaman

blackpink light up the sky documentary netflix

Siapa yang tak kenal dengan BLACKPINK, girlband asal korea yang masih menggemparkan dunia sejak awal kemunculan single mereka DDU-DU DDU-DU. Kesuksesan grup K-Pop besutan YG Entertainment ini telah mengalahkan grup kakak mereka, 2NE1. BLACKPINK, kini, disebut sebagai Ratu K-Pop, lagu mereka tak hanya berhasil menduduki (setidaknya) tiga besar di peringkat lagu internasional, tapi mereka juga telah mengambil hati begitu banyak fans (BLINK) dengan latar belakang budaya dan bahasa yang berbeda-beda.

Berita dan update terpercaya seputar BLACKPINK, Jisoo, Jennie, Rosé dan Lisa, ada di MOONHILL Indonesia. 

Saya sendiri dikejutkan dengan kemunculan BLACKPINK. Maksudku, tiga dari empat member mereka bisa berbahasa Inggris. Bukan hal yang biasa kita lihat dalam sebuah girlband asal asia. Tak hanya itu, Lead Dancer / Rap mereka, Lisa, lahir dan besar di Thailand. Sementara Rosé dan Jennie adalah dua orang Korea yang besar di Australia dan New Zealand. Sementara Jisoo, adalah wanita Korea tulen, yang lahir besar di Korea. Walau tak mahir berbahasa Inggris, Jisoo tak menutup diri untuk membaur dengan member lain, dia bahkan tak malu saat salah bicara dalam bahasa Inggris. Justru Jisoo tampaknya senang membuat member lain menertawakannya.

BLACKPINK adalah sebuah sensasi dan revolusi. Mereka berhasil merebut hati para penggemar dari segala kalangan, tak hanya anak muda, tapi yang tua-tua pasti tahu siapa mereka. Tak hanya orang-orang biasa, tapi selebriti barat juga dibuat terobsesi dengan BLACKPINK. 

Beberapa waktu lalu, Netflix merilis sebuah film dokumenter BLACKPINK: Light Up The Sky, mengikuti perjalanan BLACKPINK dari tur dunia 2019, disertai dengan klip dari balik produksi musik, wawancara member dan kegiatan mereka sehari-hari. Dalam artikel berikut saya akan merangkum sekaligus mengulas Light Up The Sky.


Blackpink Coachella full member
BLACKPINK di Coachella 2019

BLACKPINK is a Revolution!

Dokumentari Light Up The Sky, dibuka dengan klip pertama kali YG Entertainment mengumumkan BLACKPINK ke publik. Editingnya diramu sedemikian rupa, membuat saya penasaran apa yang akan muncul dalam menit selanjutnya. Disusul dengan wawancara bersama Teddy Park, selaku produser dan penulis lagu untuk BLACKPINK, menceritakan bagaimana BLACKPINK dilahirkan melalui audisi dan pelatihan YG Entertainment.

Every group has their own different cultural background that makes them who they are. But the combination is what makes BLACKPINK unique and stand out.   Teddy Park, Producer

Dari pernyataan Teddy, dokumenter dilanjutkan dengan mengenal Jennie, Lisa, Jisoo, dan Rosé secara personal, mulai dari upbringing mereka sebelum bertemu satu sama lain. Melihat foto masa kecil sampai akhirnya menjadi anggota BLACKPINK, kita bisa melihat, kalau keempat member memang sudah cantik tanpa perlu operasi plastik. Ini yang pertama kali bagi grup K-POP menerapkan peraturan "anti-plastic surgery" dan memilih anggota grup yang memang sudah berkarisma, bukan sekedar cantik.

Tak Ada BLACKPINK Tanpa Mereka Berempat, Super Solid, Paling Kompak

Bukan hanya latar belakang bahasa dan budaya, setiap member BLACKPINK punya sifat dan tempramen yang berbeda-beda. Lisa yang konyol dan super optimis, Rosé yang cool dan sensitif, Jisoo yang suka bercanda dan outspoken, sementara Jennie yang seksi dan lucu. Banyak yang merasa Lisa dan Jennie adalah representasi dari BLACK, sementara Jisoo dan Rosé adalah PINK. Tentunya hal ini membuktikan bahwa mereka saling melengkapi satu sama lain dan begitu sempurna sebagai BLACKPINK

Berbeda dari girlband K-Pop lainnya yang selalu memiliki drama antara para member, BLACKPINK dikenal sebagai girlband yang super kompak dan super solid. Keakraban mereka tak bisa dipalsukan, di depan kamera mau pun di belakang kamera, mereka saling mendukung dan saling menguatkan. Ketika Jennie mendapat single Solo, yang juga berjudul SOLO, member-member lain menyemangatinya dari belakang panggung, memastikan para staff yang membantu Jennie menjaga saudara mereka itu dengan baik. Jisoo yang dikenal tak pernah menangis, sampai menitikkan air mata ketika melihat penampilan Jennie menyanyikan SOLO untuk pertama kali, kita bisa berasumsi kalau dia merasa amat bangga pada adiknya.

Tentunya, menjadi idol bukan hal yang mudah. Kita semua tahu lah ya, apa lagi fans K-Pop, betapa banyaknnya peraturan ketat yang WAJIB banget diikuti oleh para member. Sama juga dengan menjadi penyanyi pop barat. Industri musik memang sulit. Lalu, dengan beratnya tuntutan profesi seperti itu, bagaimana kalau hubungan antara member tidak rukun, saling sikut dan iri-irian kalau salah satu dari mereka dapat debut solo duluan. Pastinya, hubungan antar member yang begitu akan bubar dan tidak tahan lama. Contoh saja grup Five Harmoni atau One Direction, begitu satu member keluar, semua luluh lantah. Performa mereka di panggung, atau saat mengikuti kegiatan lain, tidak akan maksmimal.

BLACKPINK bisa kompak dan melakukan sebaliknya sebab Lisa, Jisoo, Jennie dan Rosé berjuang bersama selama 5 tahun sebelum debut. Apalagi mengingat keterbatasan bahasa yang dimiliki Lisa dan Rosé yang tidak lahir dan besar di Korea. Di masa-masa berat itu, mereka hanya memiliki satu sama lain. Dari masa-masa sebagai trainee, keempatnya belajar mengenal kekurangan dan kelebihan satu sama lain, serta di posisi mana mereka bisa saling mengisi dan melengkapi. Ketika Lisa dan Rosé harus bisa bahasa Korea, mereka punya Jisoo dan Jennie. Ketika Jisoo tidak mengerti bahasa Inggris, tiga member lain membantunya agar mahir. Tak hanya itu, ketika ketiga member lain merasa stress atau cemas, Lisa dan Jennie selalu membuat ulah yang menyebabkan member lain tertawa terpingkal-pingkal. Ketika mereka lupa seperti apa rasanya berekspresi dari hati dan alasan mengapa mereka melakukan apa yang mereka lakukan, ada Rosé yang mengajak mereka berjanyi bersama dengan iringan alat musik yang ia mainkan sendiri. 


Lisa, Jisoo, Jennie dan Rosé tak membiarkan "perbedaan" di antara mereka jadi tembok pemisah. Justru sebaliknya, perbedaan di antara mereka digunakan sebagai senjata dan lem terkuat agar tetap kompak dan solid. Setiap member punya karisma masing-masing. Dan ketika energi mereka bersatu, terciptalah sebuah sinergi yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Setidaknya, begitu yang dijelaskan oleh Teddy Park, produser mereka, dalam film dokumenter BLACKPINK: Light Up The Sky di Netflix. Menurutnya, kalau tak ada salah satu dari keempat member tersebut, maka tak ada BLACKPINK. You can't fake chemistry, and everytime BLACKPINK show up, BLOW UP!

All those different cultures in one pot, it's just different, how they walk, how they talk, how they dress, and the perfect balance, how they compliment each other. It's fascinating. – Teddy Park, Producer

Blackpink How You Like That
Foto Promo "THE ALMBUM / Lovesick Girl" dari BLACKPINK

Bertalenta Saja Tidak Cukup, Keempatnya Juga Tipe Pekerja Keras

Pernah lihat Lisa marah-marah dalam acara audisi grup idol Tiongkok, Youth With You? Sebagai Mentor, Lisa tidak main-main. Ketika bekerja, dia serius setengah mati. Padahal BLINK (fans mereka) pasti tahu kalau Lisa adalah member yang paling banyol, dan suka melucu dalam setiap kesempatan. Dalam sesi interview, Lisa mengungkapkan kenapa dia perlu galak. Jadi idol bukan pekerjaan remeh. Jadi idol itu berat, jadi baginya, kalau tidak serius sebaiknya jangan coba-coba. "Aku sudah bilang, 'tersenyum,' dan temanmu juga menyuruh tersenyum, kenapa kau tidak tersenyum?" Omel Lisa pada seorang Trainee.


Dalam serial video YouTube yang memperlihatkan keseharian BLACKPINK sewaktu tidak sedang tampil, mereka menikmati masa istirahat dengan bercanda, main game, dan mencoba hal-hal baru. Tapi, seketika mereka di atas panggung, semua member bersikap profesional. Dilatih selama 5 tahun secara intens oleh YG Entertainment, bukan untuk hal sia-sia. Mereka dituntut untuk memberikan performa dan penampilan terbaik, dan hanya orang-orang yang memiliki keseriusan serta usaha keras saja yang bakal lolos. Bukan sekali dua kali mereka di minta pulang oleh orang tua mereka saat menceritakan betapa sulitnya menjadi trainee dan idol itu. Tapi semua menolak, malah sebenarnya, mereka tak ingin disuruh pulang orang tua, dan menyerah begitu saja.

Tak hanya Lisa, ketiga member lainnya pun tipe pekerja keras. Saat kaki Jennie terkhilir, dia tidak boleh mangkir dari jadwal hariannya, mulai dari interview, atau acara televisi lain. Hanya dengan memperhatikan kegiatan mereka, siapa saja bisa melihat, kalau mereka tahu apa yang mereka kerjakan, dan mereka tahu siapa diri mereka. Lisa memang punya talenta dan passion dalam hal menari, tapi dia juga perlu menguasai bahasa dan budaya Korea. Jennie punya karakterisik dan karisma idaman Korea, tapi dia juga dituntut untuk profesional, bahkan dalam kondisi yang bagi sebagian besar orang, tidak memungkinkan. Sama halnya dengan Rosé, dia memang punya talenta dan passion dalam musik, tapi dia juga harus mengalahkan ketakutannya serta rasa malu menyanyi di depan umum, belum lagi... dia harus belajar menari. Jisoo juga punya pengorbanannya, di saat anak muda lain punya kenangan masa-masa SMA dan kuliah bersama teman, keseharian Jisoo justru berbeda, training, training dan training.

Sebagai sesama wanita, jujur saja, saya terkagum dengan etos kerja mereka berempat. Menari sambil menyanyi, bukan lipsync. Jadwal yang super duper padat, belum lagi menyaksikan (dalam dokumenter Netflix) betapa sibuknya mereka saat tur keliling dunia. Lisa, Jisoo, Jennie, dan Rosé, bukan tipe anak-anak manja yang merasa memiliki talenta lalu mereka pantas menjadi terkenal. Keempat member BLACKPINK adalah wanita-wanita gigih yang telah menjalani dan merasakan bahwa bertalenta atau punya passion saja tidak cukup, mereka harus mengembangkan talenta dan passion tersebut, barulah mimpi itu terwujud.

I know I could do it. The tougher they treated me, I'm like, "I'm gonna get through it, and I'm going to show them that I'm worth it." – Jennie, BLACKPINK

Blackpink is fashion icon
BLACKPINK di sampul majalah ELLE Amerika, Oktober 2020

The Future is BLACKPINK

Sebagai Girlband K-Pop pertama yang tampil di Coachella, featuring bersama penyanyi barat papan atas, Dua Lipa, Selena Gomez, Lady Gaga, dan bahkan Cardi B, BLACKPINK juga menjadi global brand ambassador untuk berbagai Fashion House ternama; Lisa dan Celine, Jennie dan Channel, Jisoo dan Dior, Rosé dan Yves Saint Laurent. Keberagaman yang mereka sajikan lagi-lagi menjadi senjata terampuh untuk menguasai dunia. Setiap majalah dengan Lisa, Jennie, Jisoo, dan Rosé sebagai cover, pasti habis terjual, sampai-sampai percetakkan tidak bisa memenuhi permintaan.

BLACKPINK punya warna tersendiri, dengan sentuhan fashion modern, branding yang kuat, multilingual, multi-cultural, menurutku mereka mampu mempertahankan sinar mereka dalam waktu yang cukup lama. Siapa bilang menjadi wanita tak bisa terlihat sexy dan cute di saat bersamaan, atau fun, silly dan smart di waktu yang sama?


Sedikit catatan pribadi, melihat kekompakan dan kekuatan BLACKPINK sebagai grup mau pun sebagai individu, telah menginspirasi saya dalam berbagai aspek. Saya tak banyak melihat wanita Asia yang sukses dan mampu memberi dampak sebesar ini sebelumnnya. Kalau pun ada, biasanya, tak seperti yang saya butuhkan, maksudku, dengan operasi plastik demi terlihat menawan dan lain sebagainya, rasanya terlihat palsu. Tapi dengan Lisa, Jennie, Jisoo dan juga Rosé, mereka bersinar hanya dengan menjadi diri mereka apa adanya. Dan bersama-sama mereka mampu membuktikan bahwa keberagaman adalah hal yang indah. Setiap wanita punya personality dan tempramen yang berbeda-beda, tapi bukan berarti tidak bisa bersatu dan bersinar bersama. Mengutip Jennie dari Light Up The Sky, "mengumpulkan grup wanita itu sulit, tapi kita bisa mewujudkannya." Dunia cenderung membandingkan, mana wanita yang lebih cantik, atau mengukur kepantasan wanita dari kemampuan mereka mengikuti tuntutan sosial dan sebuah standar kecantikan yang tak masuk akal. Padahal setiap wanita itu unik dan berbeda-beda, dan menurutku, Lisa, Jennie, Jisoo dan Rosé, berhasil mencontohkan sosok wanita modern untuk generasi saya. Bukan saling sikut dan banyak drama, tapi saling menginspirasi dan mendukung.

Film dokumenter ini ditutup dengan pertanyaan, sensasi musik pop apa lagi yang akan dibawa BLACKPINK ke dunia, dan bagaimana karir mereka nantinya? Baik sebagai grup mau pun secara individu.  Perjalanan BLACKPINK baru saja dimulai, dan saya sendiri menantikan kejutan apa lagi yang akan mereka buat. Dan seketika BLACKPINK usai, apa yang akan mereka kerjakan setelahnya? Saksikan film dokumenter BLACKPINK: Light Up The Sky hanya di Netflix.

Tesalonika

Interdisciplinary artist with background studies in Japanese literature, humanities and creative robotics. Learn more: tesalonika.com instagram email

Kamu bisa beri komentar sebagai Anonim, NAMA dan URL Medsos, atau akun Google. Tidak ada moderasi komentar di situs kami. Isi komentar pengguna di luar tanggunjawab Moonhill Indonesia.

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama
Pengunjung situs blog ini diangap telah membaca dan setuju dengan disclaimer konten kami.