Petualangan Billie Eilish sebagai penyanyi bermula di 2016, ketika ia dan
kakaknya mengunggah lagu Ocean Eyes di SoundCloud. Lagu itu menjadi
hits, mengambil hati banyak pendengar, banyak yang penasaran siapa sosok
dibalik suara malaikat bernama Billie Eilish. Hanya dalam hitungan empat tahun
setelahnya, di 2020, Billie memboyong piala Grammy Awards untuk 5 kategori
utama; New Artist, Album, Song, Record, dan Pop Vocal Album.
Film dokumenter The World's a Little Blurry, memperlihatkan proses kreatif
dibalik pembuatan album Billie yang berjudul
When We All Fall Asleep Where Do We Go, sampai ke perjalanan Billie tur
keliling dunia bersama kakak dan kedua orang tuanya. Banyak sekali hal baru
mengenai Billie yang dibuka hanya dalam film garapan R.J. Cutler berdurasi 2
jam 30 menit dengan proses syuting selama 2 tahun penuh. Dan saya akan
berusaha merangkumnya dalam satu artikel ini.
Ulasan yang diungkapkan di blog ini murni sesuai dengan preferensi dan minat pribadi kami. Ada kemungkinan preferensi dan minat akan berubah di masa depan.
Intro: Kenapa Harus Apple TV+?
Billie masih muda saat suaranya pertama kali dengar banyak orang melalui
kekuatan internet. Semua lagu yang ia tulis bersama Finneas, digarap di kamar
kakaknya, di rumah tempat mereka tumbuh besar. Sampai sekarang, setelah Billie
dan Finneas menjadi penyanyi dan produser terkenal serta memiliki sejumlah
uang dari hasil penjualan lagu, mereka masih menggarap musik di tempat mereka
berasal, dan dengan perangkat yang sama pula.
Ada alasan kuat, saya rasa, kenapa film dokumenter ini digarap dan
dirilis exclusive untuk Apple TV+. Billie dan Finneas membuat lagu-lagu hits
mereka hanya dengan menggunakan perangkat Apple, dan pasar yang dituju oleh
film ini pun bukan pasar komersil, melainkan para penggiat industri kreatif.
Apple TV+ memang tidak begitu di kenal di Indonesia, dan mereka juga tidak
bermaksud memopulerkan Apple TV+ agar mampu bersaing dengan Netflix atau
Disney+ Hotstar, sebab apa pun yang ditayangkan secara eksklusif oleh Apple
TV+ merupakan strategi penjualan produk Apple itu sendiri, seperti iPhone,
iPad, Mac, dan lain sebagainya (satu-satunya perangkat yang bisa digunakan
orang untuk mengakses layanan streaming para sultan).
Bukan rahasia lagi, kalau kebanyakan pekerja industri kreatif, seperti
desainer, musisi, pembuat film, bahkan developer, lebih banyak
menggunakan produk Apple ketimbang yang lain. Sehingga, sasaran dari
dokumenter semacam The World's a Little Blurry adalah para pekerja
industri kreatif yang sudah saya sebutkan tadi. Karena sasaran pasar itulah
R.J. Cutler menggarap film ini dari sudut pandang non-komersil, bukan seperti
reality show, penuh drama atau harus gimana-gimana, tapi benar-benar
mendokumentasikan kehidupan seorang pekerja seni, yaitu Billie Eilish.
The World's a Little Blurry, sebetulnya, merupakan strategi pemasaran
produk Apple yang cantik dan kreatif. Coba renungi naratif beriku: sepasang
kakak beradik, menggarap lagu di kamar hanya dengan perangkat Apple, kemudian,
mereka memenangkan penghargaan tertinggi di industri musik dalam jangka waktu
kurang dari 5 tahun. Premis barusan memberikan kesan bahwa bertalenta atau
menjadi prodigy saja tidak cukup, mereka perlu "alat" yang tepat.
Secara tidak langsung, melalui dokumenter ini, Apple bilang pada kita semua
kalau perangkat merekalah yang "TEPAT" untuk kamu
wahai pemburu passion.
R.J. Cutler tidak perlu menyodorkan berbagai perangkat Apple milik
Billie dan Finneas di depan mata kita, sih. Tapi sesekali ada bagian
yang direkam menggunakan iPhone milik ibu Billie, Maggie Baird, dan
saat berada dalam bus, Finneas merekam suara Billie dengan microphone yang
tersambung ke MacBook Pro-nya. Sungguh halus. Betul-betul permainan cantik.
Pemasaran produk yang membuatmu merasa tidak sedang menonton iklan atau
terkesan hard-selling, Apple hanya memberikan bukti nyata bagaimana
kehidupan seorang pengguna produk mereka bisa berubah drastis sedemikian rupa.
Smooth, Apple. Very neat indeed.
But I digress.. Kesuksesan Billie Eilish tidak semata-mata karena
menggunakan perangkat Apple. Malah itu hanya faktor esensial saja. Maksudku,
agar hasil karyanya maksimal, memang perlu perangkat/alat yang memadai, tetapi
selalu ada faktor lain yang tidak bisa dibeli dengan uang...
Pola Asuh SUPER GOKIL ala Patrick dan Maggie
Sudah banyak media yang menceritakan betapa suportifnya orang tua Billie dan
Finneas, Patrick O'Connell dan Maggie Baird. Begitu suportifnya,
sampai-sampai kedua orang tua mereka rela tidur di ruang tengah agar Billie
dan Finneas punya kamar mereka masing-masing. Patrick dan Maggie membebaskan
Billie dan Finneas mengekspresikan diri mereka apa adanya, bahkan di bagian
awal dokumenter ini, kita bisa melihat, betapa akrabnya Billie dengan ayah dan
ibunya, sampai Billie nyaman-nyaman saja mengumpat di depan mereka. Tapi,
ada tapinya... Patrick dan Maggie selalu mendampingi dan menjaga
Billie. Bahkan keduanya mengikuti Billie tur keliling dunia. Ada momen
dimana Billie bertemu dengan Justin Bieber, dan Maggie memberi komentar, "saya
tidak bisa membayangkan betapa beratnya keadaan dia (Bieber) pada waktu itu
tanpa orang tua yang mendapingi."
Kedua orang tua Billie Eilish memang membebaskan anak-anaknya ruang
berekspresi, akan tetapi, mereka tetap mengambil peranan sebagai "orang tua"
di saat yang tepat dan dengan cara yang tepat pula. Tanpa mendikte, dan tak
banyak menuntut, Patrick dan Maggie lebih banyak mendengarkan curahan hati
Billie, dan memberikan nasehat saat dibutuhkan. Hal itu terlihat dari saat
Billie mengeluh soal dirinya yang tak suka dipaksa berfoto dengan orang-orang
tak dikenal seusai pertunjukan. Sebuah komentar pedas soal perlakuan Billie
yang kurang ramah di momen tersebut terlontar dari seseorang yang bukan
penggemarnya. Melihat komentar itu, Billie merasa resah. Billie bukan orang
yang tidak ramah pada fans, justru dia merasa terinspirasi dan menemukan arti
dari hal yang ia kerjakan karena para penggemarnya. Mendengar keluhan Billie,
Maggie yang sempat mendorongnya untuk ikut berfoto seusai pertunjukan itu
dengan rendah hati meminta maaf dan mengakui kesalahannya. "We've failed you," ujarnya. "Kamu benar, kamu tidak seharusnya dipaksa melakukan hal yang tidak
ingin kamu lakukan." Jarang sekali ada orang tua seperti itu, bukan? Orang tua
yang mevalidasi perasaan anak, mengakui dan meminta maaf jika mereka memang
salah.
They are not my fans – they're like a part of me. – Billie Eilish, The World's A Little Blurry
Seketika Billie mendapatkan SIM (Surat Izin Mengemudi), dia bermaksud pergi
menemui seorang pria yang sedang dekat dengannnya. Patrick, ayah Billie,
memberi wejangan sebelum membiarkan anaknya itu menyetir sendiri ke tempat
yang cukup jauh dari rumah. Saat Maggie merasa (lumayan) khawatir, Patrick
percaya kalau Billie bisa menjaga dirinya sendiri untuk sementara dan ada rasa
yakin dalam dirinya, jika ajarannya selama ini sudah cukup untuk membekali
putrinya. Billie tidak boleh menyetir dalam keadaan mabuk, dan patuhi
rambu-rambu lalu lintas.
So you know that when you're alone in the car and nobody's there to say anything to you, the rules and laws still apply, it's not, now you get to speed and do all kind of stupid shit. – Patrick O'Connell
Pola asuh Partick dan Maggie tentunya berpengaruh dalam perkembangan Billie
sebagai individu. Billie diberi kebebasan, ruang untuk menjadi dirinya
sendiri. Namun, agar kebebasan tersebut bisa dinikmati, tetap ada batasan yang
tak boleh dilewati, dan kedua orang tuanya tak jemu mengingatkan mengapa
Billie perlu mematuhi aturan tersebut. Pesan yang selalu diingatkan Patrick
dan Maggie pada anaknya, bisa rangkum dalam satu kalimat;
jangan merugikan diri sendiri dan orang lain.
Penerimaan Patrick dan Maggie akan depresi dan gangguan kecemasan yang
dirasakan Billie, dibarengi dengan pengertian akan keadaan generasi anaknya di
era modern ini. "It's a horrible time to be a teenager. Kids are depressed," ungkap Maggie. Dengan perkembangan teknologi yang begitu cepat, dibarengi
dengan isu-isu politik yang sulit diabaikan karena cepatnya peredaran
informasi, Maggie mengerti mengapa banyak anak muda yang terpikat sekaligus
terbantu oleh lagu-lagu Billie. Rasa tak berdaya yang timbul ketika dihadapkan
pada kenyataan buruk dan kondisi dunia tak menentu (rasisme, ketidaksetaraan,
dan lain sebagainya), menurut Maggie, menjadi alasan mengapa anak muda banyak
mengalami depresi dan cemas.
Trigger Warning: Suicide and Self-harming
Menggunakan "Rasa" Sebagai Sumber Inspirasi
"Apa kamu benar-benar berpikir untuk terjun dari jembatan?" tanya Maggie pada
suatu malam ketika Billie menulis lagu Everything I Wanted. Tak bisa
dipungkiri, saya menangkap adanya nada sedih dari pertanyaan Maggie. Dengan
jujur namun berat hati, Billie menjawab, "ya, ini yang benar-benar aku
rasakan. Akan jauh lebih baik kalau aku mengungkapkan dengan lagu daripada
benar-benar melakukannya."
Setiap kali aku mulai mencintai sesuatu, aku harus berhenti. – Billie Eilish, The World's a Little Blurry
Dalam The World's A Little Blurry, Billie mengungkapkan dengan
gamblang, bahwa dia pernah melakukan self-harm. Dia menyimpan potongan
silet dan perban di sudut-sudut rumah, dan ketika tidak ada yang memerhatikan,
dia menyakiti dirinya sendiri. Sejak dia tidak bisa menari karena cidera yang
nyaris mempuatnya lumpuh total, Billie memasuki masa-masa kelam dalam
hidupnya. Kadang-kadang momen kelam itu kembali, sewaktu dia tidak bisa
memberikan performa terbaik, saat kemampuan fisik dan idealismenya tak
sejalan. Sempat terjadi, tepat beberapa detik setelah konser baru
dimulai, kaki Billie terkhilir, dia sempat enggan melanjutkan
pertunjukan.
Kegelapan dan rasa ketidakberdayaan yang sempat dialami, dituangkan dalam
gambar dan tulisan-tulisan kecil di sebuah buku sketsa miliknya. Gambar dan
tulisannya kemudian menjadi gagasan untuk konsep lagu dan video klip. Billie
menjelaskan ide dibalik lagu Burry A Friend, serta arahan kreatif video
klip When The Party is Over sambil membuka halaman buku catatannya. Mendengar ocehan Billie, Finneas memberi
tatapan dan senyum ke kamera, sebab dia tahu Billie benar-benar serius dan
akan melakukan semua itu.
Kalau bukan karena dukungan dan semangat dari kedua orang tua dan kakaknya,
Finneas, Billie mungkin tidak hidup lama. Billie nyaris
mengakhiri nyawanya sendiri di Berlin, ketika dia sedang dalam tur keliling
dunia. Ungkapan tersebut tidak masuk dalam film dokumenter, Billie
mengungkapkannya dalam sebuah
wawancara Stasiun TV CBS Sunday Morning. Namun dorongan dari Maggie agar Billie mau berusaha menyembuhkan diri,
ditunjukan dalam The World's A Little Blurry. Tampak Billie, keluarga,
dan kru tur-nya sedang berdiskusi di sebuah ruangan. Maggie mengingatkan
Billie bahwa dia masih bisa sembuh, tetapi Billie sempat berkeras, meyakini
kalau menyembuhkan diri tidak akan ada gunanya, sebab dia akan sakit lagi.
"Kalau sudah disembuhkan lalu sakit lagi, itu namanya sudah rusak, tubuhku
rusak," Billie berargumen. "Kalau sakit, maka kita akan sembuhkan lagi," sahut
Maggie. Belakangan ini, setiap kali diwawancara, Billie mengungkapkan kalau
kondisi mental mau pun fisiknya sudah lebih baik berkat dorongan dari ibunya,
Maggie. Syukurlah ya...
Berani Jadi Diri Sendiri dan Memberi Ruang pada Kemungkinan
Kemampuan Billie menggunakan "rasa" sebagai sumber inspirasi, muncul bersamaan dengan keberaniannya menjadi diri sendiri. Billie dikenal sebagai penyanyi/public figure yang tak mau "palsu". Dia ingin mengatakan apa yang dia katakan. Dia menuangkan apa yang dia rasakan ke dalam lagu. Baginya, wajar saja kalau kadang dia masih melakukan hal kekanakan, karena dia memang masih sangat muda. Dia juga tak malu karena ayah dan ibu mengikutinya kemana pun, sebab dia memang masih dibawah umur dan perlu diawasi orang tua. Billie dan Finneas sempat buka-bukaan soal kebencian Billie dengan proses menulis lagu di bagian awal dokumenter. Tak banyak seniman/musisi yang bisa sejujur Billie, mengatakan kalau dirinya benar-benar benci menulis lagu.
Billie mengungkapkan bahwa dirinya selalu berusaha menjadi se-authentic yang dia bisa. Dia tidak berupaya membuat dirinya terlihat lebih dewasa daripada usia yang sebenarnya. Dia hanya menjadi diri sendiri, dan memberikan ruang pada kemungkinan baru untuk bertumbuh dan berkembang sebagai individu mau pun seniman. Dia pun tahu penggemarnya kebanyakan masih berusia muda, dan dia ingin bisa bertumbuh bersama mereka.
Something that I love so much about this whole process (career and documentary), is the fact that I literally grown up with my fans. – Billie Eilish, Live Premier Event
Film dokumenter ini ditutup dengan cuplikan Billie menandatangani kontrak sebagai Sutradara untuk music video nya dan proses pembuatan, dimana Billie mengarahkan penampulan Finneas dari belakang kamera.
R.J. Cutler diberikan kebebasan kreatif secara utuh oleh Billie dan keluarganya saat mengedit film ini. Ada banyak yang dipenggal dari puluhan ribu hasil pengambilan gambar dan ada banyak juga kehidupan Billie yang tidak masuk dalam film. Walau pun demikian, The World's A Little Blurry merupakan film dokumenter yang menarik untuk disimak sendiri. Apalagi jika kamu penasaran dengan kehidupan Billie dibelakang panggung; mulai dari proses kreatif menciptakan sebuah album/lagu, kedekatan Billie dengan keluarganya, serta apa saja yang dialami oleh seniman muda ini, dan kemungkinan karir Billie kedepannnya.