Arti Percaya Diri Sesungguhnya


Walau gue sudah sering mendengar nasehat, “percaya diri itu bagus,” tapi apakah gue sudah memahami  apa yang dimaksud dengan “percaya diri”? Membaca tentang perbedaan rasa percaya diri dengan sifat narsisme, ada baiknya gue menambahkan sedikit pengantar (yang terlambat) agar konsep penting ini dapat lebih mudah dipahami oleh pembaca sekalian.

Kepercayaan Diri dan Belief

Kebanyakan orang, mungkin, bingung jika diminta menjelaskan arti percaya diri. Setia dengan konteksnya, kepercayaan diri berkaitan erat dengan belief kita terhadap diri sendiri. Siapakah kita? Apa yang menunjukan identitas kita? Bidang apa saja yang menjadi keunggulan kita? Dengan siapa saja kita berinteraksi? Hal apa yang ingin kita capai? Hanya mereka yang memiliki gambaran jelas akan siapa diri mereka yang bisa menjawab pertanyaan tersebut.

Belief secara harafiah dapat diterjemahkan dengan, kepercayaan. Menurut psikologi, belief kita berperan penting, seperti lambang dari hal apa saja yang dianggap benar oleh pikiran kita. Belief belum tentu fakta, melainkan sebuah realita subyektif. Misalnya, sewaktu seseorang sering mendengar omongan orang lain akan berat badan yang kurang ideal, seperti terlalu gemuk atau sebaliknya, maka pikirannya akan membentuk belief bahwa tubuhnya tidak ideal. Jika belief tersebut tidak diperiksa atau dievaluasi, saat orang itu mulai makan sehat dan menjaga berat badan agar ideal, dia akan selalu merasa tubuhnya masih belum ideal.

Kepercayaan diri bisa didefinisikan sebagai belief kita pada diri sendiri tadi. Belief akan identitas, kemampuan, dan bahkan belief terhadap apa yang sedang, akan, dan telah kita jalani.

Too much is as bad as too little...

Segala hal yang berlebihan, sudah pasti tidak akan bagus. Begitu pula dengan rasa percaya diri. Walau rasa percaya diri itu penting, tapi jika kita tidak memiliki pandangan obyektif dan gambaran jelas dalam menilai identitas diri, kemampuan, bahkan hal yang sedang dikerjakan sekarang, alhasil, kita akan menjadi seseorang yang narsis. Terlalu tidak percaya diri juga tidak baik. Jika kita terus meragukan diri sendiri, kita akan kehilangan berbagai kesempatan yang mungkin bisa membantu kita berkembang dan memiliki pengalaman baru.

Pribadi yang narsistik, dan orang yang kelewat tidak percaya diri, sebenarnya memiliki satu akar masalah yang sama. Belief yang tidak realistis. Saat orang narsis menganggap diri mereka lebih baik dari orang lain (superior), orang yang tidak percaya pada dirinya selalu menganggap diri mereka inferior (i.e butiran rengginang).

Dalam psikologi klinis, ada konsep Narcissistic Personality Disorder / NPD (Gangguan Kepribadian Narsistik), dimana seseorang merasa diri mereka lebih unggul. Padahal, sebetulnya individu dengan gangguan tersebut amatlah haus akan pengakuan dan perhatian dari orang lain. Mereka tidak mampu berempati, menganggap diri mereka spesial dan pantas mendapat perlakuan khusus berdasarkan belief mereka. Ada pula konsep Covert Narcissist  (Narsistik Terselubung). Narsisis terselubung adalah istilah untuk menggambarkan seseorang yang memiliki gangguan kepribadian narsistik (NPD) tetapi tidak menunjukkan rasa mementingkan diri yang berlebihan yang diasosiasikan oleh psikolog dengan kondisi tersebut. Mereka mungkin tampak pemalu atau rendah hati.

Orang dengan narsisme terbuka (NPD) biasanya ekstrover, berani, dan mencari perhatian. Mereka mungkin menjadi agresif atau kasar jika seseorang atau situasi menantang rasa status mereka. Seseorang dengan narsisme terselubung (CN) mungkin tampil sebagai pemalu, pendiam, atau mencela diri sendiri. Namun, mereka akan tetap mementingkan diri sendiri dan percaya bahwa mereka lebih baik dari orang lain.

Membentuk kepercayaan diri yang sehat adalah proses bagi kita semua

Gue, somewhat, menyimpulkan bahwa menganggap diri lebih tinggi atau lebih rendah dari orang lain adalah ciri narsisme. Sebab, pada hakikatnya, semua manusia di dunia ini adalah setara. Kita tidak lebih baik atau lebih buruk dari orang lain, dan “BERBEDA” tidak berarti satu hal lebih bagus daripada yang lain. Gue mungkin lebih jago main bola daripada Abdul (entah siapa dia), tapi bukan berarti Abdul tidak punya kelebihan di bidang lain.

Mengakui kekurangan adalah kunci, kemudian, jangan mengesampingkan kelebihan kita sampai merendahkan diri agar dianggap rendah hati. Jika memang kita unggul dalam bidang tertentu, percaya dan yakini dengan penuh tanggungjawab bahwa kita bisa melakukannya. Saat kita tahu, kita memang sudah tidak mampu, maka tidak ada salahnya jika kita belajar dan mengembangkan kemampuan. Bagaimana pun, manusia adalah makhluk yang dinamis, kita terus bertumbuh dan berubah seiring jalannya waktu.

Arti percaya diri yang sesungguhnya (sehat) yaitu memiliki belief / gambaran diri yang realistis, obyektif, dan seimbang. Tidak muluk-muluk atau pun terlalu tenggelam. Kepercayaan diri yang sehat dapat dicapai dengan proses. Jangan kaitkan identitas diri pada kesuksesan mau pun kegagalan. Segalanya sementara, kok. Sebab itu, kita juga perlu melakukan introspeksi secara berkala, dan tidak usah takut menguji kemampuan kita saat diperlukan. 


Referensi Luar:

Kamu bisa beri komentar sebagai Anonim, NAMA dan URL Medsos, atau akun Google. Tidak ada moderasi komentar di situs kami. Isi komentar pengguna di luar tanggunjawab Moonhill Indonesia.

Posting Komentar

Kamu bisa beri komentar sebagai Anonim, NAMA dan URL Medsos, atau akun Google. Tidak ada moderasi komentar di situs kami. Isi komentar pengguna di luar tanggunjawab Moonhill Indonesia.

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama