Jika kalian suka masak dirumah, apakah kalian suka menggunakan MSG? Jika tidak, pasti kalian menjauh dari MSG karena sudah sering mendapat informasi mengenai bahayanya penggunaan MSG pada makanan kalian. MSG atau kepanjangan dari Monosodium Glutamat ini sering dikatakan dapat menimbulkan rasa sakit seperti; mual, sakit kepala, tubuh lemas/kelelahan, mati rasa di mulut dan lain sebagainya. Tapi dari sekian banyaknyarasa sakit ditimbulkan dari mengkonsumsi MSG, mengapa dari segi BPOM halal dan aman, secara umum diakui aman oleh FDA (GRAS), dan ADI (Acceptable Daily Intake) not specified dari WHO?
Sebenarnya dampak yang ditimbulkan dari mengkonsumsi MSG ini tidak salah juga, karena menurut beberapa jurnal, riset dan juga buku seperti Metcalfe, DD. (1998), Bawaskar, HS. (2017), Yang,WH. (1997,1999), Lorden, JF. (1986), mengatakan demikian. Namun setelah menggali lebih dalam lagi tentang bahaya mengkonsumsi MSG, terdapat kontroversi yang cukup menarik. Hal ini karena, dari sejumlah riset lain menunjukkan sebaliknya, bahwa dampak negatif yang timbul dari mengkonsumsi MSG terjadi dari penggunaan MSG dalam dosis yang besar dan juga mengkonsumsi MSG tanpa dicampur dengan makanan seperti jurnal/riset dari; Raif S. Geha (2000), Williams, A. N., & Woessner, K. M. (2009), Kondoh, T., & Torii, K. (2008), dan Hawkins, RA (2009).
Tapi jika MSG benar-benar aman untuk dikonsumsi dengan takaran yang cukup, mengapa kita lebih takut untuk mengkonsumsinya dibandingkan dengan gula dan garam yang sudah sering terlihat efek negatif nya? Seperti contoh, kalian pasti pernah atau bahkan baru saja mendengarkan kabar bahwa kerabat atau saudara kalian mengidap penyakit dari mengkonsumsi gula atau garam secara berlebihan, atau bahkan kalian sendiri yang mendapatkan kabar tersebut dari dokter kalian. Tapi apakah kalian pernah mendengar kabar dari orang terdekat kalian bahwa mereka mengidap penyakit dari mengkonsumsi MSG secara berlebihan? Saya rasa jarang terdengar bukan?
Kalau begitu, dari manakah asal rasa takut terhadap MSG ini?
Dari segi penemuannya, MSG pertama kali ditemukan dari rumput laut kombu atau dashi pada tahun 1909 oleh Kikunae Ikeda dengan mengekstrak komponen dalam kombu pada bentuk yang paling murninya yaitu Monosodium Glutamat. MSG adalah gabungan unsur dan senyawa yang dikenal baik oleh tubuh kita. Yang pertama adalah sodium, salah satu dari dua ion yang membentuk garam meja. Kedua adalah glutamat, asam amino yang bekerja di semua jenis sistem fisik. Glutamat membantu menyampaikan pesan dalam sistem saraf kita yang berfungsi sebagai salah satu dari sekian banyak komponen untuk membentuk protein dan berinteraksi dengan reseptor rasa di mulut kita. Tubuh kita sendiri juga menghasilkan glutamat ini, dan muncul secara alami dalam makanan seperti tomat, jamur dan juga keju-keju tertentu. Ketika glutamat bercampur dengan sodium, ketika dikonsumsi akan menghasilkan produk kedalaman rasa yang nikmat pada sebuah hidangan, oleh karena itu hidangan yang ada kejunya selalu enak rasanya.
Yang menjadi masalah adalah ketika di New England Journal of Medicine pada tahun 1968 surat tentang "Sindrom Restoran Tiongkok," diterbitkan, memicu kekhawatiran tentang mengkonsumsi MSG. Ilmuan bernama Robert Ho Man Kwok melaporkan ia merasakan mati rasa di bagian belakang lehernya dan terasa lemas setelah makan di restoran Tiongkok di Amerika, dan menyarankan bahwa penyebab potensialnya disebabkan oleh MSG yang ditambahkan ke makanan serta meminta para ilmuan lain untuk menelusuri lebih dalam mengenai penyakit yang disebabkan oleh MSG ini. Daftar gejala yang dikaitkan dengan MSG ini kemudian bertambah dalam beberapa dekade berikutnya termasuk sakit kepala, berkeringat, mual dan nyeri dada. Namun dari sekian banyaknya riset, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, dampak negatif yang timbul dari mengkonsumsi MSG terjadi dari penggunaan MSG dalam dosis yang besar.
Seperti yang kita tau, mengkonsumsi sesuatu dalam skala atau dosis besar dapat memberikan dampak negatif pada tubuh kita seperti halnya gula menyebabkan diabetes & obesitas, dan garam dapat menyebabkan tekanan darah tinggi. Dengan itu, apakah ada batasan dosis dalam mengkonsumsi MSG?
Tentu saja ada, hal ini dipaparkan oleh Otoritas Keamanan Pangan Eropa (EFSA) dengan mengevaluasi 6 aditif makanan – asam glutamat (E 620), sodium glutamat (E 621), potassium glutamate (E 622), kalsium glutamat (E 623), ammonium glutamat (E 624) dan magnesium glutamat (E 625) – menyatakan bahwa grup level asupan harian yang dapat diterima (ADI) aditif tersebut aman untuk dikonsumsi dengan takaran 30 mg per kilo berat badan (BB). Tingkat asupan yang aman ini didasarkan pada dosis tertinggi di mana para ilmuwan panel mengamati; tidak ada efek samping pada hewan uji dalam studi toksisitasnya dan di bawah tingkat asupan untuk kelompok populasi tertentu. Dengan itu, apakah kalian akan mulai menambahkan MSG pada makanan kalian?
Sebenarnya pertanyaannya bukanlah apakah kita akan menambahkannya atau tidak, tapi perlu atau tidak. Karena, jika makanan yang kita masak sudah enak rasanya dengan resep dan bumbu yang tepat, kita tidak perlu menambahkan MSG pada hidangan tersebut. Tetapi jika perlu ditambah MSG, tentu bisa membuat masakan menjadi lebih nikmat. Kalaupun kita masih kurang yakin dengan takaran MSG yang di anjurkan, kitapun juga bisa menggunakan MSG alternatif, seperti penyedap rasa non-MSG yang sudah mulai banyak diproduksi dan dijual di berbagai tempat.
Referensi Luar:
- MSG: Good or Bad? - Healthline
- EFSA Sets Safe Intake Level for MSG - Food Navigator
- What is MSG? Is it bad for you? - Mayoclinic
- Q & A on Monosodium Glutamate - FDA
- MSG Found to be Safe - International Glutamate Information Services
- Apakah MSG Aman untuk Dikonsumsi - Alodokter
- MSG Is not Bad for You According to Science- Discover Magazine
- If MSG is so bad for you, why doesn't everyone in Asia have a headache?- The Guardian
- Isu Kehalalan Bahan Makanan- BPOM
- Evaluations of the Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives (JECFA)- WHO
- Alleged Reaction to Monosodium Glutamate- The Journal of Nutrition
- Monosodium glutamate ‘allergy’: menace or myth?- Wiley Online Library: Clinical & Experimental Allergy
Posting Komentar
Kamu bisa beri komentar sebagai Anonim, NAMA dan URL Medsos, atau akun Google. Tidak ada moderasi komentar di situs kami. Isi komentar pengguna di luar tanggunjawab Moonhill Indonesia.