Ah, ini adalah sebuah pertanyaan yang sering saya ajukan ke diri sendiri. Perlukah kita membuat konten setiap hari? Ternyata, setelah melakukan eksperimen di blog dan media sosial Moonhill bulan lalu, jawaban dari pertanyaan ini tidak bisa dijabarkan dengan singkat. Semua tergantung dari jenis konten, platform dan perilaku pengguna di platform tersebut.
Tergantung dari jenis konten
Jika kita membayangkan harus membuat postingan setiap hari, mungkin waktu dan energi yang kita miliki terlalu terbatas. Apalagi, jika konten yang kita buat lumayan berat dan menuntut lebih banyak tenaga manusia, misalnya video YouTube. Menentukan waktu shooting, pilihan bahan bahasan, apalagi mengedit videonya, sudah pasti tidak bisa dilakukan dalam sekejap. Berbeda kasusnya dengan blogging, sudah pasti research untuk sebuah artikel pasti memakan lebih banyak waktu daripada ketika menuliskannya.
Saya menemukan bahwa; untuk dapat mengunggah setiap hari dengan konten jenis artikel, saya hanya perlu menjadwalkan konten untuk bulan tersebut lebih awal. Misalnya, untuk konten Agustus, saya jadwalkan pada bulan sebelumnya, yaitu Juli. Saat menjadwal, saya sekalian melakukan research untuk konten-konten tersebut. Saya juga sudah memberi outline, sehingga ketika saya memasukkannya dalam blog, saya hanya tinggal menyusun saja.
Tergantung platform tempat kita mengunggah
Ada beberapa platform di internet dimana kita bisa menyajikan beragam konten. Platform media sosial seperti YouTube, Instagram, Facebook, dan Tiktok saja, memiliki alogaritma berbeda-beda. Jadi, tuntutannya bagi pembuat konten pun sudah pasti berbeda. Memiliki blog sendiri, seperti Moonhill bagi saya, misalnya, punya tuntutan sendiri, yaitu mengikuti kebutuhan SEO dan alogaritma mesin pencari.
Google akan lebih senang jika blog atau situs milik kita terlihat aktif. Artinya, bagi Moonhill, kami tidak perlu mengunggah postingan setiap hari, tapi cukup untuk bisa terlihat aktif, misalnya 2-3 hari sekali saja sudah cukup. Namun, jika bisa mengunggah setiap hari, situs kita akan mendapat nilai plus.
Lalu bagaimana dengan media sosial? Jika sudah menyoal media sosial, saya menemukan di pertengahan 2021 ini, mengunggah setiap hari di Instagram amat tidak efektif. Jangkauan post kita untuk bisa ditemukan pengguna lain sudah tidak bergantung dari seberapa aktifnya kita mengunggah konten, melainkan bergantung dari interaksi kita dengan pengguna lain. Jika memilih untuk mengunggah konten setiap hari, ada baiknya menggunakan strategi engagement daripada sekedar posting saja. Artinya, kita mengajak pengguna untuk berinteraksi dengan kita, seperti, mengajukan pertanyaan, membuat kuis, aktif membalas komentar dan berinteraksi dengan baik untuk menjaga para pengguna tetap berada di platform media sosial terkait.
Tergantung dari perilaku pengguna platform
Faktor yang satu ini masuk dalam pertimbangan, malah ini adalah hal yang paling penting diantara dua faktor di atas. Jika kita paham dengan perilaku pengguna platform tempat kita mengunggah konten, maka kita akan dengan mudah mengerti kapan perlu mengunggah dan strategi engagement yang diperlukan. Kok gitu?
Kebiasaan pengguna Tiktok, tentunya akan berbeda dengan kebiasaan pengguna Facebook dan Instagram. Sama seperti Twitter (platform micro blogging) dengan blog atau situs yang menulis artikel lebih panjang. Sekarang, kita ambil saja contoh perbandingan terakhir. Kalau memposting di Twitter, karakter yang bisa ditulis amat terbatas, dan pengguna platform tersebut pastinya mengharapkan (ekspektasi) konten singkat padat dan jelas, sementara orang yang men-google sesuatu di internet akan berharap (ekspektasi) menemukan artikel lengkap seputar hal yang ia cari.
Twitter tidak sama luasnya dengan internet secara keseluruhan, kemungkinan memposting setiap hari bisa jadi menguntungkan. Menggunakan hashtag/topik yang sedang trending, bisa amat membantu. Membuat konten singkat yang relatable dan retweetable akan membuat konten kita lebih disukai. Nah, kalau blogging, pasti sudah beda kasus. Untuk menghasilkan sebuah artikel lengkap tentunya butuh waktu (poin pertama), dan memperhatikan trend pencarian juga akan menambah pengertian kita tentang hal yang sedang dibutuhkan orang melalui internet secara keseluruhan yang masih sesuai dengan niche blog kita sama pentingnya dengan menggunakan hashtag/topik trending di twitter. Maka, sebaiknya, jika membuat konten blog atau situs, baiknya berjaga-jaga dan mengantisipasi trend di masa mendatang.