Sebagian besar kisah abad pertengahan pasti tidak jauh dari konflik dan peperangan, The Witcher termasuk salah satunya. Dari series Netflix-nya, sejauh ini kita disajikan dengan peperangan yang terjadi ketika Cintra jatuh ke tangan Nilfgaard yang selama ini Nilfgaard menggerakan pasukannya kea rah utara untuk dikuasai satu per satu. Cintra jatuh ke tangan Nilfgaard pada saat di pertarungan Marnadal, Raja Eist tertembak dengan panah melalui matanya, membunuhnya seketika.
Kewalahan dan dikepung oleh pasukan Nilfgaard, Ratu Calanthe berhasil mengumpulkan beberapa orang yang selamat yang tersisa dan melarikan diri kembali ke ibu kota Cintra. Meskipun terluka parah, Ratu Calanthe membunuh dirinya sendiri karena sudah mengakui kekalahannya dengan pasukan Nilfgaard telah berhasil menyerang dan membantai Cintra, menandai jatuhnya kerajaan Cintra. Disamping itu, kita juga melihat bangsa Elf yang terlihat lemah, putus asa dan tertindas tersebar di bebara kesempatan di Continent (Keseluruhan benua dalam cerita The Witcher). Salah satunya adalah Filavandrel aén Fidháil yang merupakan pemimpin para Elf pada masanya. Filavandrel mengatakan bahwa para bangsa Elf harus hidup jauh dari masyarakat dengan bersembunyi di pegunungan, terpisah dari sumberdaya dan hidup di dalam kegelapan. Beberapa kesempatan kita juga diterangkan oleh penyihir Istredd bahwa para bangsa Elf dibantai oleh manusia, mayat tengkorak Elf di bawah Aretuza tersebar dan menjulang tinggi membentuk fondasi seperti pilar dan tembok. Dengan itu, apa yang terjadi antara manusia dan Elf di dalam kisah The Witcher?
Interaksi Pertama antara Manusia dan Elf
Hubungan antara manusia dan Elf telah berlangsung sejak setelah terjadinya bencana multidimensi Conjunction of the Spheres. Di bencana tersebut, manusia yang disebut sebagai Nordling hadir di Continent, menempatkan dirinya sebagai penduduk tetap diantara makhluk bangsa lainnya yang telah hidup di seputar Continent. Manusia pertama kali menetapkan pemukimannya di daerah Selatan di sekitar Sungai Alba. Disitu mereka berasimilasi dengan subkultur bangsa Elf bagian Selatan bernama Black Seidhe. Namun 1000 tahun setelah bencana itu, tanpa diketahui asalnya, kedatangan manusia baru hadir di Delta Pontar dan Muara Yaruga (Kedua sungai ini kemudian akan berfungsi sebagai lokasi di mana Kerajaan Utara muncul), disebut sebagai Landing of the Exiles, tidak diketahui asal muasal orang buangan ini datang dari mana, orang-orang ini jelas berbeda dari mereka yang sudah ada di Continent (Vran, Dryad, Dwarfes, Gnomes, Elf sudah menetap lama jauh sebelum manusia); mereka tidak toleran, kurang ajar dan suka berperang.
Setelah menetap, mereka disambut oleh para Elf bagian Utara Aen Seidhe dengan rasa jijik, heran akan ketidakpedulian mereka terhadap kekuatan dan keindahan alam, namun penasaran. Dengan upaya membentuk relasi yang baik dengan manusia, diplomat bangsa Elf ditugaskan untuk membentuk hubungan yang baik, mengajarkan mereka sihir. Para penyihir Aen Seidhe tidak lama menunjukkan kepada manusia cara mengontrol energi/chaos. Alhasil penyihir manusia pertama kali terciptakan (Penyihir manusia tersebut Bernama Jan Bekker, Geoffrey Monck dan Giambattista). Tidak butuh waktu lama bagi para penyihir manusia dari utara untuk bersatu di bawah satu organisasi, bernama The Brotherhood of Sorcerers (Persaudaraan Penyihir).
Sifat Manusia Terhadap Bangsa Lain
Tanpa disadari, para Elf meremehkan serta mengabaikan rasa rakus mereka terhadap kekuatan yang mereka peroleh. Manusia kemudian mulai menaklukkan semua spesies hidup diantara Gunung Naga dan Sungai Marandal yang telah menetap lama sebelum mereka, yang juga dikenal sebagai Elder Race (Ras Tua). Elder Race seperti Dryad berlindung di tengah hutan primordial Brokilon yang sulit dilewati (Sebagaimana Ciri sempat berkunjung dan bertemu para Dryads tersebut di hutan Brokilon), Dwarfes dan Gnomes mundur ke tempat perlindungan mereka jauh di dalam gunung Mahakam. Para elf bagian Utara Aen Seidhe sementara itu, memilih untuk mundur daripada bertarung, meninggalkan istana mereka. Mereka mundur semakin jauh ke Timur, berharap bahwa rasa lapar manusia akan lahan baru pada akhirnya akan berhenti. Tentu saja tidak.
Konflik yang Memicu Runtuhnya Bangsa Elf
Ketika perdamaian terjadi untuk sementara waktu antara manusia dan elf, hubungan antara mereka membaik, dan orang-orang yang adil mengajar banyak hal kepada umat manusia yang muda. Hal ini dilandasi dengan traktat yang ditandatangani oleh penyihir Geoffrey Monck dan bangsa Elf. Beberapa tahun setelah perjanjian damai tersebut ditandatangani antara elf dan manusia oleh Geoffrey Monck di Loc Muinne, tentara Kerajaan Redanian yang dipimpin oleh Marshall Milan Raupenneck, berbaris ke Utara di sepanjang sungai Pontar ke Kota Elf dan membantai semua penduduk, tanpa memandang usia atau jenis kelamin. Mereka kemudian pergi ke Est Haemlet, sebuah kota elf, yang mengalami nasib yang sama. Kekejaman ini membuat para Elf bersatu melawan manusia.
Perang tidak berlangsung lama; pasukan manusia yang luar biasa mendorong para Elf lebih jauh dan lebih jauh ke timur sampai penyerahan penuh diumumkan. Sekitar tahun 1060-an, Peri muda Aelirenn memimpin mereka yang lelah bersembunyi di pegunungan ke pertempuran di Shaerrawedd, melawan perintah para tetua. Seperti konflik lainnya, manusia membantai para Elf. Para Aen Seidhe merupakan prajurit yang terampil, tetapi mereka sangat kalah jumlah, ditambah mereka tidak mampu membuahi anak seefisien dan sebanyak manusia. Dan setelah terdorong lebih jauh ke ujung terjauh Continent ketika daerah Dol Blathanna di aneksasi oleh Kerajaan Aedirn, mereka terpaksa untuk menyerah.
Segalanya tentang The World of The Witcher, bisa kamu jelajahi di Moonhill.