Ini bukan kali pertama kita melihat film dengan premis utama Artificial Intelligence yang mencoba menghabisi manusia dari muka bumi. Mother/Android merupakan film asal media streaming Hulu yang tayang dan trending di Netflix Indonesia pada Januari 2022. Dibintangi oleh Chloe Grace Moretz sebagai Georgia dan Aglee Smith sebagai Sam, berkisah tentang sepasang kekasih muda yang harus bertahan hidup di masa yang jauh dari kata ideal; perang antara Android dan Manusia.
SPOILER ALERT!!!! Ada bocoran cerita utama dalam artikel ini. Bila kamu belum menonton dan tidak ingin mendapat bocoran apa pun, segera beralih ke artikel lain dan kembali setelah menonton.{alertWarning}
Film ini dibuka dengan sebuah scene di kamar mandi, saat Georgia telah ketiga kalinya mengetes kehamilan dan hasilnya positif. Disaksikan oleh Sam, kekasihnya, Georgia tampak takut dan enggan menerima kenyataan bahwa dirinya kini sedang hamil. Sam berusaha bertanggungjawab atas perbuatannya, dan ia ingin menikahi Georgia jika perlu.
Sayangnya, percakapan mereka diinterupsi oleh kedatangan teman mereka. Tak ingin membuat kawan-kawannya menunggu lama, Georgia berpamitan dengan kedua orang tuanya, dan seorang pelayan yang tampak seperti manusia biasa menawarkan jaket untuk Georgia dan Sam. Seaktu akan pergi, pelayan tersebut mengucapkan, “selamat hari Halloween,” padahal malam itu adalah perayaan Natal. Sam yang hendak beranjak pergi, segera mengoreksi tanpa sempat mengikuti perasaan anehnya lebih jauh lagi.
Di malam yang sama, di tempat yang berbeda, saat Sam dan Georgia sedang bertengkar masalah kehamilan, tiba-tiba Android yang ada di rumah kawan mereka menyerang Sam dan teman-temannya yang lain. Saat mereka berhasil selamat dan berjalan keluar, rupanya hal serupa juga terjadi di rumah-rumah lain. Telepon genggam meledak dan menewaskan orang-orang yang mencoba menelepon. Sementara, Sam dan Georgia terpaku melihat Android lain menyerang dan menembakki manusia.
Cerita kemudian berlanjut lebih cepat, beberapa bulan setelah kejadian yang dialami oleh Sam dan Georgia. Cepatnya waktu berlalu diperlihatkan lewat kehamilan Georgia yang mulai membesar, dan saat ditanya di pintu gerbang penjagaan militer, dia mengaku telah memasuki masa kehamilan 9 bulan. Selama itu pula, Sam berusaha menjaga kekasihnya, Georgia, yang sedang hamil dengan sepucuk revolver dan parang. Mereka memiliki alat berkemah dan bersembunyi di dalam hutan, mencoba menghindari kota-kota dan pemukiman.
Georgia dan Sam berusaha mencapai kota Boston, dimana mereka mendengar kalau negara-negara Asia, seperti Korea Selatan dan Tiongkok, bersedia membawa ibu hamil dan keluarganya keluar dari Amerika untuk memulai hidup yang lebih layak.
Dua per tiga bagian dari film ini berfokus pada upaya Georgia dan Sam untuk sampai ke Boston dengan selamat. Meski mereka terus bertengkar dan tidak sependapat, tapi keputusan mereka sangat bulat untuk memberikan anak mereka kesempatan hidup yang lebih baik.
Sebenarnya ini bukan kali pertama kita disugguhi film dengan bertema senada; manusia versus artificial intelligence. Malah, rasanya saya sudah bosan dengan tema film sejenis yang nggak jauh beda antara satu sama lain. Tapi kalau menyatakan film ini jelek dan nggak bisa dinikmati rasanya saya bersikap kurang adil. Ada keunikkan yang saya temukan dalam Mother/Android, yang bisa menjadi nilai lebih, walau tidak cukup untuk meyakinkan saya merekomendasikan film ini.
Apa saya keunikan itu?
Cara film ini menggambarkan artificial intelligence atau Android bisa dibilang cukup unik. Dibanding memperlihatkan robot super canggih seperti yang dilakukan Terminator, Mother/Android menggambarkan Android layaknya hantu atau mayat hidup (zombie).
Penggambaran ini mungkin muncul dari ketidakmampuan Android merasakan cinta atau memahami kasih. Mereka pintar, mampu berstrategi, memiliki tubuh yang kuat, namun tidak memiliki perasaan. Hal yang sama diucapkan oleh Arthur, salah satu tokoh misterius berikut, dalam sebuah scene.
“Android tidak peduli jika harus mengorbankan dirinya atau sesamanya demi mencapai sebuah tujuan atau menyelesaikan tugas… tapi manusia mempunyai cinta, dan cinta akan membuatmu mati.”
Tapi sayang sekali, selain keunikan penggambaran Android dalam Mother/Android yang seperti hantu atau mayat hidup, film ini tak menghadirkan hal baru untuk genre ini.
Tak seperti game Detroit: Become Human, Mother/Android penuh dengan klise dan terlalu berusaha memberikan ending menyentuh yang pada akhirnya tak efektif akibat kurangnya setup di sepanjang film. Dengan kata lain, Mother/Android akan dengan mudah dilupakan dalam hitungan jam setelah menontonnya.