Stranger Things musim pertama memang sempat mencuri banyak perhatian dan menjadi salah satu judul yang melambungkan nama Netflix di 2016. Kini, setelah Eleven, Mike, Will, Justin, dan Lucas sudah beranjak dewasa, ancaman yang pernah meneror Hawkins masih belum usai juga.
Di tengah masalah finansial yang melanda Netflix, Stranger Things menjadi salah satu serial––yang lagi-lagi––masih punya potensi menyelamatkan layanan streaming tersebut dari kebangkrutan. Ambisi tersebut terlihat dari upaya Netflix menghadirkan kisah yang lebih luas, ancaman yang lebih besar, dan CGI yang tak bisa dibilang "murahan" dalam Season 4. Namun, apakah modal besar untuk sekuel dari judul fenomenal ini layak kita simak?
SPOILER! Hati-hati, banyak bocoran cerita dalam tulisan ini!
Volume 1: Hanya Usaha Memperpanjang Konflik
Di awal Stranger Things Season 4, kita diajak melihat kehidupan para tokoh kecintaan penggemar, melanjutkan kehidupan mereka seperti biasa. Will dan Eleven di California, sementara Mike, Justin dan Lucas dengan petualangan mereka di Hawkins. Konflik baru benar-benar dimulai saat Joyce mendapat paket aneh yang ternyata dikirim oleh Hopper dari Rusia.
Dalam Season pertama, kita mengenal tokoh-tokoh kunci seperti Eleven dan Papa, Mike dan kawan-kawannya. Season selanjutnya dari Stranger Things, semata-mata dibuat untuk memuaskan hati para penggemar dari musim pertama. Tentunya ada kehadiran tokoh baru, seperti Max dan kakaknya, Billy. Meski Billy mati dalam Season 3, penonton tidak pernah disajikan "kematian" berarti dari tokoh-tokoh kunci. Bahkan Hopper tidak jadi mati di akhir Season 3. Ancaman kematian yang sempat mencekam Max juga akhirnya dapat diatasi di Season 4 Volume 1.
Kurang lebih, 7 Episode dalam Season 4 Volume 1, berpusat pada kemungkinan terburuk. Cukup dragging karena membutuhkan 7 Episode untuk sampai ke pertarungan puncak. Belum lagi, setiap episode dalam Volume 1 selalu dimulai dengan susunan yang mirip. Seperti template. Banyak bagian yang tidak begitu penting, percakapan pun terasa membosankan, karena para tokoh hanya mengulang-ulang hal yang sudah diketahui oleh penonton. Tidak ada revelation yang berarti, kecuali nostalgia dari momen-momen di Season sebelumnya. Di antara 3 plot yang berjalan––Rusia, California, Hawkins––saya hanya tertarik pada Tim Hawkins. Mungkin hal itu disebabkan pacing cerita yang lebih terasa “Stranger Things” daripada usaha memperluas plot dengan setting California dan Rusia.
Kebutuhan memenuhi durasi dengan omong kosong sana-sini, membuat kegiatan menonton 7 Episode berturut-turut tanpa skip benar-benar menyiksa. Saya yakin, Netflix memang tidak bermaksud membuat Stranger Things Season 4 untuk ditonton berturut-turut dalam waktu sama seperti Season sebelumnya.
Eleven kecil dihadirkan kembali dalam Season 4. |
Plot California, Project NINA, saat Eleven dilatih oleh Papa, hanya sebagai alat untuk memperkenalkan tokoh Henry yang adalah Vecna (I know right, who wouldn't guess?? *rolling eyes* Pun intended). Hal ini juga tak banyak menjelaskan keadaan selain menegaskan apa yang telah diketahui penonton. Kita pernah melihat kemungkinan adanya anak-anak berkemampuan istimewa seperti Eleven dalam Season 2. Masih ingat dengan anak perempuan yang ditemui Eleven saat dia dalam fase emo-nya?
Stranger Things Season 2 |
Karena Eleven berarti angka 11 dalam bahasa Indonesia, pasti ada anak-anak lain, nomor 1-10. Kemungkinan itu tak lagi dieksplorasi dalam Season 3, akibat banyaknya kritik pada Episode 7 Season 2, tapi ide ini muncul lagi dalam Season 4. Dari situ, kita dikenalkan pada anak nomor 1, Henry atau Vecna.
Sayangnya, menghabiskan waktu untuk mengenal Henry/Vecna tak memberi informasi yang berarti tentang motivasi dibalik ambisinya menghancurkan dunia. Henry, sama seperti Voldemort dalam serial Harry Potter-nya JK Rowling, sudah jahat sejak dulu.
Saya merasa kesulitan berempati pada Henry yang sudah sikopat sejak kecil. Rasanya percuma mencari tahu siapa Henry dalam 7 Episode di Volume 1. Selain kekuatannya, tak ada hal yang benar-benar istimewa dari Henry. Penulis naskah Stranger Things hanya butuh figur "BIG BOSS" untuk menjadi lawan Eleven di Season 4––setelah Demogorgon di Season 1, Mindflyer di Season 2 dan entah-monster-macam-apa di Season 3––untuk kemudian dikaitkan dengan rangkaian kekacauan yang terjadi di Hawkins.
Entah-monster-macam-apa dalam Season 3. |
Rasanya, ini contoh penulisan yang malas, penuh cocoklogi akibat dari tidak siapnya pencipta Stranger Things untuk tawaran 5 Season. Selain monster yang mengancam nyawa warga Hawkins, kita tidak pernah melihat tanda-tanda adanya Sang Dalang Antagonis dalam Season sebelumnya, bukan? Tiba-tiba saja mereka repot mengenalkan kita pada Henry/Vecna sepanjang 7 Episode.
Volume 2: Tiba-tiba Banting Setir, Kembali ke Hawkins
Kebosanan yang saya alami saat menonton Volume 1, berbanding terbalik dengan perasaan menonton Volume 2. Hal ini membuktikan betapa dragging-nya Volume 1 untuk sampai ke penyelesaian cerita. Berlama-lama mengikuti perjuangan Hopper agar bisa bebas dari penjara Rusia, serta mengikuti aksi kejar-kejaran di California ternyata tak begitu berarti. Ujung-ujungnya semua kembali ke Hawkins.
Poster di atas, benar-benar menggambarkan isi dari Volume 2. Eleven, Mike, Will dan yang lain, masih berada di California. Hoper, Joyce, dan kawan-kawan mereka juga masih di Rusia. Sementara Justin, Lucas, Max, dan yang lain pun masih tetap berjuang di Hawkins. Ketiga plot tersebut bertemu untuk melawan Vecna dari tempat mereka masing-masing, menghadirkan sebuah epic showdown!
Keputusan yang tepat akhirnya dibuat dalam Volume 2. Ancaman kematian Max oleh Vecna yang sebelumnya dapat diatasi dalam Volume 1, pada akhirnya tetap terjadi dalam Volume 2. Max sekarat dan meninggal dalam pelukan Lucas. Stranger Things tidak lagi main aman. Mereka bahkan tidak sungkan membunuh tokoh Eddie, karakter baru yang disukai oleh penonton, dalam episode terakhir. Segala keputusan untuk membunuh beberapa tokoh favorit, ibarat banting setir.
Eddie Munson, tokoh baru di Stranger Things Season 4 |
Meskipun di awalnya cerita Stranger Things Season 4 terkesan berlama-lama, para penggemar yang lebih sabar dari saya, mungkin akan merasa puas karena adanya pay-off dalam Volume 2. Tidak seperti kemenangan Eleven dalam Season 1-3, kali ini dia harus kalah dari Vecna. Penonton akan melihat Hawkins terbelah dan sekarat. Vecna, masih kembali dalam Season Finale, yaitu Season 5.
Dengan berkumpulnya Eleven, Mike, Justin, Lucas, dan tokoh-tokoh yang kita kenal sejak awal di Hawkins, Stranger Things Season 5 tampaknya akan kembali dengan tantangan yang lebih ganas dan modal yang lebih panas juga. Sebagai penggemar, saya hanya bisa berharap, Season Finale tidak lagi berlambat-lambat dan menyelesaikan terlalu terburu-buru seperti Season 4 ini.
Posting Komentar
Kamu bisa beri komentar sebagai Anonim, NAMA dan URL Medsos, atau akun Google. Tidak ada moderasi komentar di situs kami. Isi komentar pengguna di luar tanggunjawab Moonhill Indonesia.