Ketika penulis bercerita melalui media visual seperti film, video, komik, atau pun teks seperti novel, cerpen, dan lain sebagainya, ada beberapa teknik naratif yang digunakan oleh penulis untuk mengungkapkan cerita dengan cara yang kreatif. Tenik naratif, atau bisa juga disebut dengan Narrative Technique, meliputi, sudut pandang, penggunaan latar / setting, permainan alur, simbolisme dan lain-lain yang akan dijelaskan dalam tulisan ini.
Permainan Latar / Setting
Banyak penulis membuat setting yang mencerminkan suasana hati atau keadaan karakter. Penulis juga dapat menggunakan latar untuk memengaruhi proses pengambilan keputusan karakter, menjadikannya komponen aktif dari konflik cerita. Pertimbangkan novel dalam genre gothic, yang terkadang menggambarkan kastil dan karakter suram dengan kepribadian masam yang sesuai. Dengan menentukan ciri-ciri tertentu dari latar kastil, seperti lorong yang selalu dingin, Penulis dapat mengungkapkan banyak aspek dari ciri-ciri karakter yang menentukan.
Salah satu contoh cerita serial yang diadaptasi dari novel yang menggunakan teknik permainan latar adalah The Haunting of Hill House.
Penggunaan Foreshadowing
Foreshadowing adalah cara untuk memberikan petunjuk tentang peristiwa dalam sebuah cerita sebelum terjadi. Penulis sering menggunakan bayangan untuk menambahkan elemen ketegangan dan emosi ke dalam cerita mereka, karena pembaca dapat mengenali peristiwa tersebut dan melanjutkan membaca untuk melihat apakah dugaan mereka benar. Penulis juga dapat menyertakan bayangan untuk memberi cerita nada yang tidak menyenangkan, tergantung pada genrenya.
Salah satu contoh penggunaan foreshadowing dapat kita jumpai dalam buku dongeng anak-anak, Gadis Berkerudung Merah atau Little Red Riding Hood. Sebelum Gadis Berkerudung Merah mengantar makanan untuk neneknya yang sakit, ibunya sudah memperingatkan agar anaknya berhati-hati dengan orang asing dan serigala di hutan.
Memberikan Gambaran Sensoris
Penulis sering menggunakan citra sensorik untuk membuat semua visual dari sebuah adegan hanya menggunakan kata-kata. Teknik ini dapat membantu pembaca memahami berbagai elemen adegan, memungkinkan mereka untuk memahami lingkungan fisik. Misalnya, adegan yang terjadi di toko kelontong mungkin menyertakan detail tentang suara yang didengar karakter di pengeras suara atau makanan yang mereka cium, cicipi, lihat, dan sentuh saat mereka berbelanja.
Menggunakan Cliffhanger atau Ending Terbuka
Sebuah cliffhanger menggambarkan akhir dari sebuah cerita yang menahan informasi tentang bagaimana sebuah narasi diselesaikan. Cliffhanger membuka berbagai kesempatan untuk menyelesaikan sebuah cerita, memungkinkan pembaca untuk berspekulasi tentang akhir yang mereka sukai. Penulis terkadang memasukkan cliffhanger untuk membangkitkan hype untuk kelanjutan cerita berikutnya. Misalnya, sebuah season serial mungkin berakhir sebelum karakter memutuskan siapa yang akan dinikahi.
Permainan Kronologi / Alur
Beberapa penulis menggunakan kilas balik (flashback) atau kilas maju (flash-forward) untuk memasukkan pengalaman yang relevan dari masa lalu atau masa depan karakter. Menambahkan adegan tentang peristiwa masa lalu dapat mengungkapkan mengapa karakter mengambil tindakan tertentu dalam garis waktu cerita saat ini. Memasukkan peristiwa masa depan dapat memberikan ironi dramatis, yang terjadi ketika pembaca mempelajari bagaimana sebuah cerita berakhir sebelum karakter melakukannya.
Bebrapa contoh film yang menggunakan permainan alur untuk memasukkan pengalaman yang relevan dari masa lalu karakter, adalah film Toys Story dan Harry Potter.
Memulai Cerita dari Tengah
Beberapa penulis memulai cerita mereka di tengah-tengah peristiwa plot, artinya pembaca hanya tahu sedikit tentang konflik sentral sebelum dimulai. Untuk mengungkapkan backstory, mereka sering memasukkan petunjuk melalui dialog dan narasi. Anda dapat menggunakan teknik ini untuk menambahkan urgensi pada sebuah cerita, yang dapat meningkatkan rasa ketegangan pembaca.
Salah satu film yang menggunakan teknik ini adalah Pulp Fiction.
Pemilihan Sudut Pandang / Point-of-view (POV)
Sudut pandang biasanya menggambarkan siapa yang menceritakan peristiwa sebuah cerita. Penulis biasanya memilih perspektif yang paling baik menyampaikan informasi yang mereka lebih suka pembaca ketahui dibandingkan apa yang mereka lebih suka untuk tidak jelas. Misalnya, dalam konteks cerpen atau novel, narasi orang pertama hanya mengungkapkan motivasi satu karakter. Sudut pandang orang ketiga menggunakan kata ganti dia atau mereka.
Tak jarang, sudut pandang ditunjukan dengan suara karakter atau narator. Suara karakter adalah cara khusus karakter mengekspresikan diri dalam monolog batin mereka atau kepada orang lain dalam sebuah cerita. Penulis dapat mengungkapkan suara karakter melalui ciri kepribadian, dialog, dan narasinya. Penulis sering mengembangkan suara karakter untuk mempengaruhi bagaimana pembaca menafsirkan tindakan mereka dan untuk memberikan cerita nada. Mereka mungkin juga menyertakan teknik ini untuk membantu pembaca membedakan satu karakter dari karakter lainnya. Contoh suara karakter juga dapat kita jumpai dalam film Fight Club.
Narator yang tidak dapat diandalkan (unreliable narrator) biasanya adalah karakter yang sengaja menghilangkan informasi dari pembaca. Mereka mungkin menyembunyikan informasi, secara tidak sadar menyembunyikan elemen karena keadaan dalam karakter mereka atau kurangnya pengetahuan tentang detail tertentu. Penulis sering menggunakan narator yang tidak dapat diandalkan untuk menciptakan ketegangan dan ketegangan dalam sebuah cerita.
Salah satu contoh film yang menggunakan permaian sudut pandang dari karakter yang tidak dapat diandalkan adalah Memento disutradarai oleh Christopher Nolan.
Penggunaan Simbolisme
Simbolisme adalah penggunaan objek atau kata-kata untuk mewakili konsep abstrak atau suasana hati. Penulis sering memasukkan simbol dalam sebuah cerita untuk mengembangkan tema inti dan menambahkan elemen emosional lainnya. Misalnya, seorang karakter mungkin melihat jenis pola cuaca tertentu setiap kali mereka memproses hubungannya dengan karakter lain. Akibatnya, penulis dapat menggambarkan pola cuaca itu sebagai simbol untuk hubungan antar karakter secara keseluruhan.
Mungkin kamu tidak asing dengan adegan tokoh film atau serial yang belajar terbang untuk pertama kali. Hal tersebut, learning to fly, merupakan salah satu contoh simbolisme. Terbang dalam film selalu digambarkan secara heroik dan memesona. Ini menggambarkan kemungkinan yang membebaskan karakter dan memungkinkan karakter untuk menjelajahi realita baru.
Penggunaan Red-herring atau Pengalihan Isu
Red-herring adalah teknik untuk menyajikan informasi menyesatkan yang mengarahkan karakter menjauh dari konsep atau fakta penting. Penulis sering menggunakan red-herring dalam novel misteri untuk membingkai satu karakter sebagai tersangka sementara karakter lain adalah pelakunya. Penulis juga dapat menggunakannya untuk menyesatkan pembaca tentang aspek tertentu dari plot atau karakter untuk menambahkan elemen kejutan pada sebuah cerita.
Salah satu contoh film yang menggunakan red-herring adalah Sixth Sense oleh M. Night Syamalan.
Membangun Alegori
Alegori adalah cerita yang mewakili ide atau peristiwa yang lebih besar dari masyarakat yang benar-benar ada. Penulis terkadang menggunakan alegori untuk membagikan perspektif mereka tentang ide atau peristiwa yang lebih besar secara diam-diam daripada secara langsung menyatakan pendapat mereka. Misalnya, pertimbangkan sebuah cerita tentang seorang anak yang mencari barang yang hilang dengan berbicara dengan tetangga mereka. Ini mungkin sebuah alegori bagi manusia yang mencari tujuan hidup melalui orang lain.
Penulis berada dalam Cerita / Author Surrogate
Beberapa penulis menyertakan karakter untuk mewakili diri mereka sendiri. Mereka biasanya narator, yang memungkinkan penulis untuk mengomentari peristiwa cerita. Penulis juga dapat menggunakan teknik ini untuk menulis karakter fiksi yang sifat dan latar belakangnya secara langsung paralel dengan peristiwa dalam hidup penulis (alter ego). Pilihan lain melibatkan memberi diri penulis ciri-ciri alternatif untuk mempelajari bagaimana penulis mungkin berperilaku dalam situasi tertentu, seperti latar dari fiksi ilmiah.
Salah satu conton film yang masuk kategori author surrogate adalah Twilight Saga, di mana Stephanie Meyer digambarkan dengan Bella Swan.
Dalam fanfiction, penulis sering membuat alter ego mereka sebagai versi sempurna dari diri mereka sendiri. Fenomena ini disebut Mary Sue, untuk merujuk pada pengganti penulis perempuan dalam bentuk sempurna, atau rekan laki-lakinya, Gary Stu.
Namun, dalam novel, penggunaan author surrogate ini tidak disambut baik. Lagi pula, menggambarkan diri sendiri sebagai karakter ideal menciptakan situasi sulit di mana penulis bisa disebut narsis atau sombong! Selain itu, author surrogate dapat mengambil alih jalan cerita dan malah menjadi hampir seperti kehidupan fantasi penulis. Dengan demikian, penulis berpengalaman biasanya menghindari hal ini, kecuali jika melakukannya dengan sengaja untuk efek lucu atau satir.
Memberi Kejutan dalam Cerita
Sering disebut sebagai plot twist, beberapa penulis memperkenalkan peristiwa tak terduga dalam sebuah cerita yang secara dramatis mengubah narasi. Penulis sering memasukkan plot twist untuk menambahkan elemen dramatis dan menyesuaikan harapan pembaca. Misalnya, pertimbangkan karakter yang mencoba menemukan keluarga mereka. Pada saat klimaks, mereka mengetahui bahwa karakter pendukung yang mereka kenal sejak awal plot diam-diam adalah kerabat mereka, yang mengubah fokus alur naratif mereka.
Menggunakan Hiperbola
Hiperbola adalah teknik gaya yang melibatkan sikap berlebihan dan intens untuk menyampaikan fakta. Penulis sering memasukkan hiperbola untuk menekankan pernyataan ini kepada pembaca, menawarkan mereka kejelasan lebih lanjut tentang situasi atau relevansi emosionalnya. Pertimbangkan hiperbola, "Saya berjalan seribu mil" yang diucapkan oleh karakter yang tidak memiliki kemampuan ini. Termasuk mungkin membantu pembaca memahami bagaimana karakter ini bereaksi terhadap situasi ini.
Menyusun Metafora
Metafora adalah jenis bahasa kiasan yang menggambarkan sesuatu dengan mengacu pada sesuatu yang lain. Saat menulis metafora, penulis biasanya menggambarkan satu emosi, objek, atau konsep sebagai yang lain untuk membuat hubungan di antara mereka dan menambahkan citra. Misalnya, pertimbangkan ungkapan, "Cinta adalah lautan." Menyamakan istilah-istilah ini dapat memungkinkan pembaca untuk mempertimbangkan kesamaan mereka dengan cara pengungkapan baru.