Sebenarnya, film “Once Upon a Time in Hollywood” yang ditulis dan disutradarai
oleh Quentin Tarantino, adalah penceritaan versi Hollywood-nya Quentin
atas tragedi nyata, yaitu kasus pembunuhan seorang aktris bernama Sharon Tate
di tahun 1969.
Seperti apa kisah nyata dibalik film “Once Upon a Time in Hollywood” ini?
Apa saja perbedaan film dan kejadian aslinya?
Kasus Pembunuhan Sharon Tate
Sharon Tate adalah seorang aktris yang sedang naik daun di Hollywood
akhir era 60-an. Dia lahir di Dallas, Texas, Amerika Serikat pada tahun
1943. Sharon dan keluarganya ga pernah menetap di satu kota, mereka sering
pindah-pindah, sampai akhirnya Sharon memilih tinggal di Los Angels untuk
berkarir di industri hiburan.
Saking berbakatnya, Sharon Tate ini mirip Reza Rahadian di Indonesia, semua
film di era dia tuh pasti ada Sharon Tate. Salah satu film yang dia perankan
dan populer di era-nya adalah “Valley of Dolls” (1967) dan
“Eye of The Devil” (1966). Dalam kehidupan pribadinya, Sharon Tate
dikenal sebagai orang yang rendah hati, alias ga sombong. Dia juga cantik,
sayang keluarga, dan orang yang lembut, kata orang-orang yang kenal dekat
dengan Sharon.
Sharon Tate, 1968 / Getty Image
Sebelum jadi aktris, sejak remaja, Sharon udah terkenal karena
kecantikannya. Dia sering menang kompetisi kecantikan, aktif di dunia
modeling, dan dikenal selalu menarik perhatian orang kemana pun dia pergi.
Tapi karena kecantikannya, Sharon pernah diperkosa oleh seorang tentara, dan
dia merahasiakannya sampai dia menikah dengan sutradara, Polanski, yang
menegaskan kalau Sharon benar-benar terluka oleh kejadian itu.
Tragedi di hidup Sharon, tidak berhenti sampai di sana aja. Kematian Sharon
di tahun 1969 bikin Amerika geger sekaligus marah. Soalnya, di saat dibunuh,
Sharon Tate sedang hamil 8 bulan, dan sosok Sharon itu disayang sama banyak
orang––balik lagi karena dia cantik dan kepribadiannya yang lembut. Banyak
yang ga terima waktu kabar pembunuhannya disiarkan di televisi Amerika.
“She had a unique quality to make anybody, and I mean anybody, feel as if they were the only person that mattered in the whole world. And that could be a beggar in the street. She just had a very warm personal and genuine concern for people.” – Debra Tate, adik Sharon. (source)
Lalu, siapa orang yang tega mengakhiri nyawa Sharon Tate?
Sharon Tate dalam film “Eye of The Devil” (1966) / IMDb
Sekte Sesat Charles Manson dan Pengikutnya
Kita perlu tahu tentang Charles Manson, pemimpin sekte sesat di
Amerika, dan pengikutnya. Sekte sesat Charles Manson itu disebut dengan “The
Family” atau “Manson Family” yang bertempat di California pada akhir era
1960-an sampai awal 1970-an.
Sekte sesat Manson punya pengikut (kurang lebih) berjumlah 100 orang yang
menganut gaya hidup ga biasa. Semacam, mendekat dengan alam, menjauh dari
kehidupan “conventional” kayak punya keluarga, kerja, dan melanjutkan
pendidikan. Dalam sekte Manson, pengikutnya dibiasakan mengonsumsi narkoba
dan zat halusinogen seperti LSD.
Kebanyakan pengikut Manson berasal dari anak muda dan usia produktif. Di era
yang sama, juga lagi trend gaya hidup hippie dan hidup berdampingan dengan
satu komunitas. Pengikut Manson itu percaya kalau Charles Manson adalah
reinkarnasi dari Yesus Kristus karena didoktrin oleh Charles Manson dengan
cara menyebut nama akhirnya secara perlahan “man son” atau anak manusia
(seperti Yesus Kristus). Bahkan, pengikut Manson juga percaya ramalan
Charles Manson soal perang ras yang akan terjadi dan membawa kiamat.
Charles Manson, 1969 /
Britannica
Charles Manson sempat dipenjara karena kasus kriminal yaitu prostitusi anak
remaja. Namun, di tahun 1967, Manson dibebaskan dari penjara––2 tahun
sebelum pembunuhan dan pembantaian di Hollywood yang menewaskan aktris,
Sharon Tate dan teman-temannya.
Pembantaian Sadis di Kediaman Sharon Tate dan Leno LaBianca
Pada 8 Agustus 1969, Sharon Tate berada di rumahnya bersama 2 orang teman.
Di hari yang sama, Charles Manson memerintahkan salah satu pengikutnya,
Charles “Tex” Watson, untuk pergi ke Cielo Drive (daerah tempat Sharon Tate
tinggal) dan membunuh semua orang yang tinggal di sana, “sesadis yang dia
bisa.”
Manson akrab dengan daerah Cielo Drive, terutama rumah yang ditinggali oleh
Sharon Tate karena penyewa rumah sebelumnya adalah produser bernama Terry
Melcher.
Melcher pernah mempertimbangkan menjadikan Manson sebagai penyanyi, namun
Melcher membatalkan keputusannya. Kemungkinan, Manson menyuruh Watson melakukan aksi brutal sebagai balas
dendam pada Terry Melcher, tapi ternyata, rumah itu sudah didiami oleh orang
lain, yaitu Sharon Tate dan suaminya.
Watson pergi ke Cielo Drive bersama dengan 3 pengikut Manson
lain, Susan Atkins, Patricia Krenwinkel, dan Linda Kasabian. Ketika mereka tiba setelah tengah malam, mereka bertemu dengan sebuah mobil
yang dikemudikan oleh Steven Parent, seorang anak berusia 18 tahun yang
tengah mengunjungi pengurus kebun di wismanya. Watson menembak mati Parent
sebelum dirinya, Atkins, dan Krenwinkel masuk ke rumah utama, meninggalkan
Kasabian untuk tetap di gerbang sebagai pengintai.
Tex Watson, Susan Atkins, Patricia Krenwinkel /
VanityFair
Keempat orang di rumah itu — penata rambut selebriti Jay Sebring, teman
dekat Sharon Tate, juga ada di sana — disuruh berkumpul di ruang tamu, dan
Tate serta Sebring dihubungkan dengan tali yang diikatkan di leher mereka.
Sebring ditembak dan ditikam sampai mati. Frykowski dan Folger berhasil
membebaskan diri dan melarikan diri dari rumah tersebut, namun keduanya
dikejar dan dibunuh oleh Krenwinkel dan Watson. Akhirnya, Atkins dan/atau
Watson menikam Tate dengan fatal. Saat mereka pergi, Atkins menggunakan
darah Tate untuk menulis kata "PIG" (babi) di pintu depan.
“The shock waves that went through the town were beyond anything I had ever seen before. People were convinced that the rich and famous of the community were in peril. Children were sent out of town. Guards were hired. Steve McQueen packed a gun when he went to Jay Sebring's funeral.” – Dunne, Dominick (1999)
Malam berikutnya, Manson mengajak Watson, Atkins, Krenwinkel, dan Kasabian
serta Leslie Van Houten dan Steven "Clem" Grogan untuk mencari lebih banyak
orang untuk dibunuh. Manson memilih rumah eksekutif toko kelontong di Los
Angeles dimana Leno LaBianca dan istrinya, Rosemary, menjadi target
selanjutnya.
Setelah Manson dan Watson mengikat pasangan itu dan merampok mereka, Manson
pergi bersama Atkins, Kasabian, dan Grogan. Watson, Van Houten, dan
Krenwinkel tetap tinggal dan, bertindak atas perintah Manson, menikam
pasangan itu sampai mati, sekali lagi meninggalkan kata-kata yang tertulis
dengan darah di dinding.
Setelah kasus ini, para penghuni daerah mewah di Hollywood itu sempat merasa
panik dan terancam. Mereka takut kejadian yang menimpa Tate dan LaBianca
ikut menimpa mereka juga. Untungnya, tidak lama setelah pembunuhan di rumah
Sharon Tate dikabarkan, Charles Manson, Watson, dan para pelaku lain
ditangkap.
Motif dibalik Pembunuhan Sharon Tate
Pihak berwajib percaya kalau Sharon Tate dan Leno LaBianca bukan "target"
sesungguhnya dari aksi kriminal Manson serta pengikutnya. Mereka hanya
familiar dengan kediaman Tate karena penghuni sebelumnya, Terry Melcher,
produser musik di Hollywood. Ketika Manson memberi perintah pada Watson dan
pengikutnya untuk membunuh sebrutal mungkin, Manson bisa jadi tidak tahu
kalau pemilik rumah itu sudah bukan Terry Melcher, melaikan Sharon Tate dan
suaminya, Roman Polanski.
Penangkapan Charles Manson, Desember 1969.
Namun, ada beberapa bukti sebaliknya. Pada akhir 1969, anggota Keluarga
Manson Susan Atkins—peserta pembunuhan Tate—mengklaim bahwa sekte tersebut
membunuh Tate
"karena kami ingin melakukan kejahatan yang akan mengejutkan dunia, bahwa
dunia harus bangkit dan memperhatikan."
Watson membuat klaim serupa. Dia menunjukkan bahwa Manson tahu Melcher tidak
lagi tinggal di Cielo Drive. Beberapa orang berpendapat bahwa Manson
menargetkan rumah itu sendiri, sebagai simbol penolakannya oleh lembaga
musik.
Usaha Quentin Memperbaiki Tragedi Pembunuhan Sharon Tate – Happy Ending ala Hollywood
Quentin Tarantino, "Once Upon a Time in Hollywood" (2019)
Dalam film "Once Upon a Time in Hollywood" (2019) penonton diperkenalkan
pada karakter fiksi, Rick Dalton (Leonardo DiCaprio) dan
asistennya, Cliff Booth (Brad Pitt) sebagai lakon utama dalam film.
Rick Dalton digambarkan sebagai aktor film Action yang mulai memudar karena
usia dan persaingan dengan bintang-bintang muda. Sementara, Cliff Booth
digambarkan sebagai asisten tampan serba bisa dan sangat karismatik.
Sementara, dalam film ini, tokoh Sharon Tate diperankan oleh
Margot Robbie.
Margot Robbie sebagai Sharon Tate dalam film "Once Upon a Time in Hollywood"
(2019)
Setelah kita nonton filmnya, lalu tahu tragedi yang menimpa Sharon Tate,
kamu harusnya udah sadar kalau ending dari kedua cerita itu sangatlah
berbeda. Jika di dunia nyata, Sharon Tate harus menemui ajal dengan cara
yang sadis dan brutal di tangan para pembunuh,
dalam filmnya Tarantino, Sharon Tate diselamatkan oleh tetangganya, Rick
Dalton dan Cliff Booth.
Sesuai dengan latar tahun cerita, Quentin Tarantino menghadirkan warna-warna
vibran khas 60s dan 70s dalam filmnya. Dia juga menuliskan kisah yang indah
untuk Sharon Tate, bak Fairytale dan ending-ending film Hollywood. Seolah,
Trantino ingin Tate tetap hidup dalam film, meski pun dia telah tiada di
dunia nyata.
Penokohan Rick Dalton dan Cliff Booth begitu mudah "dipercaya" karena
konflik yang dihadapi "relevan" dengan masalah aktor Hollywood pada umumnya
–– habis terkenal, lalu redup dengan sendirinya. Margot Robbie yang berperan
sebagai Tate, mampu membawakan gimik-gimik kecil khas Sharon Tate semasa dia
hidup, seperti gerakan mengigit jari, dan bertelanjang kaki saat berjalan di
trotoar. Maka, jika disimpulkan,
kekuatan "Once Upon a Time in Hollywood" ada juga dalam diri para pemeran
yang mampu membawakan tokoh fiksi dan nyata sebaik mungkin.
Sharon Tate masih hidup dalam "Once Upon a Time in Hollywood" (2019)