Kita kenal Gudetama sebagai telur yang kerjanya malas-malasan. Siapa sangka, petualangannya bersama Shakipiyo mencari ibu (iya, mirip Hatchi anak yang sebatang kara) malah seru banget buat diikutin dan filosofis.
Shakipiyo
Ceritanya dimulai saat Gudetama dan Shakipiyo menetas di dapur restoran sushi tengah malam. Shakipiyo, anak itik yang terlampau imut, otomatis mencari “mama” tapi tak bisa menemukannya di sana. Bahkan Shakipiyo sempat mengira Gudetama adalah mamanya. Gudetama yang pesimis, mengatakan kalau mencari “mama” tak ada gunanya. Namun, Shakipiyo yakin kalau mereka pasti terlahir karena memiliki ibu, dan dari sanalah petualangan mereka dimulai.
Sifat Gudetama mencerminkan filosofi Dao, yaitu Wu Wei. Singkatnya, Wu Wei adalah seni hidup dimana seseorang tak perlu berusaha terlalu berlebihan atau “effortless action”. Sinologist, Jean François Billeter, mendeskripsikan konsep Wu Wei sebagai “keadaan pengetahuan sempurna tentang realitas situasi (alias realistis), efektivitas sempurna dan realisasi penghematan energi yang tepat”.
Meski pun Gudetama tak segigih Shakipiyo, namun dalam cerita, justru Gudetama selalu berhasil mendapatkan semua yang dia inginkan tanpa perlu melakukan apa-apa.
Selain mengikuti petualangan Shakipiyo dan Gudetama, penulis ikut mengeksplorasi semesta dimana telur bisa berbicara, bahkan punya geng mafia. Semua teknik naratif dalam Gudetama: an Eggcellent Adventure, adalah metafora dan analogi untuk menjelaskan filosofi kehidupan dan sifat-sifat manusia. Layaknya sebutir telur yang bisa diubah jadi berbagai jenis makanan, mulai dari rebusan matang, didadar, dijadikan sajian penutup, atau dimakan mentah-mentah, semua punya ciri khas nya tersendiri.
Untuk mengakhiri ulasan singkat ini, berikut video tentang Wu Wei yang layak kamu simak sebelum nonton seriesnya;