Netflix Bukan Raja Layanan Streaming Lagi?


Bingung melihat Netflix membatalkan banyak serial-nya? Sama, saya juga!

Sudah bertahun-tahun menyandang gelar sebagai “Raja Layanan Streaming” Netflix masih struggle mendapatkan profit dari layanan yang mereka berikan. Apalagi, gelar itu akan segera merosot dengan datangnya pesaing lain yang menawarkan harga yang lebih murah dan koleksi yang lebih lengkap. Misalnya, Disney+, Amazon Prime Videos, dan HBO Max. Makanya, Netflix lagi berusaha mengefisiensikan budget, mulai dari pemilihan film dan serial original yang ada dalam layanan mereka, sampai membuat aturan ketat anti-password sharing.



Sayangnya, penerapan anti-password sharing yang digagas untuk tahun ini ga jadi dilaksanakan oleh Netflix. Pasalnya, aturan yang diberlakukan Netflix untuk pelanggan layanan Family lumayan ga masuk akal. Pelanggannya, diminta setidaknya login di 1 lokasi yang sama setidaknya 1 kali dalam 1 bulan. Kalau mereka ga melakukan itu, Netflix akan memberi denda. 

Aturan itu membuat Netflix layaknya diktaktor. Kayaknya mereka udah lupa kalau udah banyak layanan streaming lain yang lebih worth it daripada Netflix. Dari segi harga, Disney+ dan HBO Max masih jauh lebih murah. Tambah lagi, Netflix punya lebih banyak serial atau film-film jelek ketimbang yang bagus. Makanya, daripada kena “denda” pelanggan memilih berhenti langganan Netflix sekalian dan beralih ke layanan streaming lain.

Berikut ini curhatan warga Moonhill di Helo yang bisa membuktikan sentimen dari pengguna seputar harga dan produk layanan Netflix:




Jadi, tampaknya sentimen dari pengguna Netflix di luar negeri ga jauh beda sama pandangan penikmat streaming di negara kita.

Suara mereka senada ya… Netflix ga laku karena terlalu mahal, sementara film dan serial yang dia tawarkan juga ga lebih bagus dari layanan lain.

Padahal, kalau mau bersaing di dunia bisnis, sebuah produk atau jasa, perlu salah satu atau ketiga dari poin berikut:
  1. Lebih Baik (Better)
  2. Lebih Cepat (Faster)
  3. Lebih Murah (Cheaper)

Netflix tidak lagi unggul dari segi “Lebih Baik”. Dari segi renewal series atau film, mereka juga ga “Lebih Cepat” lalu dari sisi harga, mereka juga ga “Lebih Murah”. Kalau disimpulkan, Netflix lagi ada di atas lava panas di arena persaingan layanan streaming.

Salah banget sebagai Netflix karena mereka mengedepankan profit daripada pengalaman pengguna. Mereka salah dari awal gegara kerajinan buang uang untuk investasi di produksi film dan serial original yang ga bagus. Mereka sibuk memperkaya perpustakaannya, tapi ga inget kalau investasi mereka juga perlu menambah nilai layanan mereka di mata pelanggan.

Banyak banget penulis dan pembuat film di Netflix yang pindah ke layanan lain, terutama Amazon Prime. Sementara, film dan serial original Netflix hanya viral semusim, lalu tenggelam di musim lainnya (bahkan banyak yang batal). Mereka juga gagal mempromosikan serial yang bagus dalam pustaka mereka.

Memang ada beberapa serial original yang mereka pungut dari tempat sampah layanan streaming lain seperti serial DC, berjudul Lucifer. Hal itu sempat membuat Netflix punya citra yang baik. Tapi ya…berhenti hanya sampai pada saat itu saja, mirip seperti serial musiman mereka.

Khawatirnya, jika terus seperti ini, Netflix bisa-bisa menggenapi ramalan para pakar bisnis, yaitu kebangkrutan karena ga mampu bersaing. Netflix bisa jadi segera menyusul kompetitornya, Blockbuster.
Katia

Anagram of a fiction writer, telling stories since 2014. Co-founder of Moonhill.id.

Kamu bisa beri komentar sebagai Anonim, NAMA dan URL Medsos, atau akun Google. Tidak ada moderasi komentar di situs kami. Isi komentar pengguna di luar tanggunjawab Moonhill Indonesia.

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama
Pengunjung situs blog ini diangap telah membaca dan setuju dengan disclaimer konten kami.