Frasa "the poetry is in the street" atau "puisi ada di jalanan" terukir dalam lore The 1975 sebagai salah satu moto tidak resmi band ini dan telah muncul beberapa kali dalam karier mereka.
Kalimat ini pertama kali muncul dalam video untuk single awal 'Chocolate', serta 'The City', 'Robbers', dan 'A Change Of Heart', tetapi muncul untuk pertama kalinya sebagai lirik di 'Love It If We Made It'.
The 1975 telah menghabiskan karir mereka sendiri dengan bangga mengekspresikan influence, menciptakan mitos dan membangun narasi seputar musik mereka.
Nama band mereka (The 1975) berasal dari prasasti yang ditemukan di buku puisi Jack Kerouac dan mereka meramalkan tanggal rilis album ketiga mereka (1 Juni – melewatkannya) dan nama (‘Music For Cars’ – mengubahnya) bertahun-tahun sebelumnya.
Frasa "the poetry is in the streets" atau dalam Bahasa Prancis "La poésie est dans la rue" ini digunakan selama protes mahasiswa tahun 1968 di Prancis, yang menjadi slogan para pengunjuk rasa.
Makna di balik ungkapan tersebut adalah bahwa puisi, atau ekspresi seni dan kreativitas, tidak terbatas pada lembaga formal seperti universitas, museum, atau galeri. Sebaliknya, semua itu dapat ditemukan di mana-mana, bahkan dalam kehidupan sehari-hari orang biasa dan di jalanan tempat mereka tinggal dan protes.
Ungkapan tersebut juga menekankan gagasan bahwa seni dan kreativitas tidak boleh terbatas pada kalangan elitis, melainkan harus dapat diakses oleh semua orang, termasuk mereka yang mungkin tidak memiliki akses ke jalan tradisional untuk ekspresi artistik.
Secara keseluruhan, "the poetry is in the streets" atau "La poésie est dans la rue" mengungkapkan keinginan akan kebebasan, kreativitas, dan perubahan sosial, dan telah menjadi slogan ikonik yang terkait dengan semangat pemberontakan dan protes.