“Seberapa siap penerbit dan penulis lokal menjelang tren baca fiksi yang akan datang dalam waktu dekat?” Menjadi pertanyaan untuk diskusi kita kali ini.
Walau pun tidak sepenuhnya sama dengan kebiasaan membaca sebelumnya, tetapi, tren membaca dan menikmati fiksi diprediksi akan kembali dalam waktu dekat sebagai alternatif hiburan anak muda, khususnya Gen Z. Prediksi ini dimulai dari menurunnya angka engagement media sosial sejak 2020, dan beralihnya anak muda ke hiburan lain yang mereka rasa lebih bermanfaat dan positif, seperti kegiatan komunitas, olah raga, kesenian, dan baca-tulis.
Penurunan Angka Engagement Media Sosial dari Tahun ke Tahun
Penurunan angka pengguna media sosial mulai menurun sejak 2020 silam, terutama terlihat dari jumlah Instagram dan Facebook. Walau pun TikTok sempat unggul, namun penurunan angka engagement mulai terlihat sejak awal 2023 ini. Diduga penurunan tersebut akibat banned aplikasi TikTok di beberapa negara seperti India dan prasangka Amerika jika TikTok digunakan pemerintah Tiongkok untuk memata-matai mereka.
Jika kita mampir ke YouTube, sejak 2021, konten video tentang "I Quit Social Media" yang diunggah oleh kreator muda semakin meningkat. Kebanyakan mereka menyebut ada perubahan drastis dalam hidup, terutama merasa memiliki banyak waktu daripada sebelumnya. Waktu tersebut mereka manfaatkan untuk menggeluti hobi yang sebelumnya ditinggalkan atau tidak pernah sempat dilakukan.
Beralihnya Gen Z ke Alternatif Hiburan Lain
Menariknya, banyak dari kreator yang tidak lagi menggunakan media sosial, mengaku lebih suka memanfaatkan waktu mereka untuk aktivitas lain. Aktivitas paling banyak dilakukan adalah olah raga, bermain musik atau menggambar dan melukis, serta membaca dan belajar menulis fiksi.
Kegiatan tersebut mampu membuat Gen Z meninggalkan media sosial seutuhnya. Sebab, mereka merasa lebih baik setelah berolahraga, belajar hal baru, atau membaca, daripada perasaan cemas dan depresi setelah menggunakan media sosial.
Agaknya hal ini tidak mengejutkan bagi saya. Sebab Gen Z lahir saat produk-produk teknologi tersebut lahir dan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Banyak di antara mereka mengaku memiliki akun media sosial di bawah usia 17 tahun, yaitu sekitar 13-16 tahun. Maka, saat menemukan ada kegiatan lain di luar media sosial yang mampu menambah “rasa percaya diri” dan “penghargaan diri” mereka di luar ruang teknologi digital, mereka seperti menemukan hal yang benar-benar baru.
Selain itu, alasan Gen Z beralih ke alternatif hiburan lain di luar produk digital, juga dapat dipahami dari kejenuhan dan overwhelming yang dirasakan selama pandemi 2020 silam. Jika kalian masih ingat, pandemi memaksa kita untuk berada di rumah dan menikmati media dari layar ponsel, tablet, komputer, atau televisi saja. Maka, kegiatan di luar ruang atau kegiatan yang tidak melibatkan layar ponsel, menjadi alternatif menyegarkan bagi kebanyakan orang, tak lepas dari Gen Z saja.
Prediksi Kembalinya Tren Membaca dalam Gaya Baru
Beberapa riset dan studi yang telah dikumpulkan, memprediksi akan kembalinya tren membaca yang berbeda dari budaya baca yang kita ketahui sebelumnya.
Jika sebelumnya kita membeli buku fisik di toko buku, kemajuan teknologi digital memungkinkan seseorang untuk mengakses dan membeli buku secara digital pula. Tak berhenti dari segi distribusi dan jenis barang, format buku yang sebelumnya perlu dibaca secara mandiri, juga berubah, menjadi buku audio / audiobook yang bisa didengarkan selagi melakukan kegiatan lain.
Selain itu, jika sebelumnya kita membaca buku fiksi yang penuh dengan teks, maka dalam tren membaca fiksi di depan ini, banyak anak muda akan lebih tertarik ke buku fiksi bergambar. Prediksi itu dibuat dari melompatnya angka penjualan buku fiksi bergambar seperti graphic novel, manga, manwha, webtoon, dan komik di beberapa negara sejak 2021.
Siapkah Penerbit dan Penulis Lokal Menghadapi Lonjakan “Permintaan” Fiksi di Kemudian Hari?
Nah, inilah pertanyaan yang akan kita jawab bersama di kolom komentar. Sebelumnya, saya telah menulis artikel tentang penerbit lokal yang hidup segan, mati tak sengaja di sini. Kemudian, ada pula artikel tentang kualitas penulis lokal dan karya-karyanya yang semakin hari semakin dipertanyakan.
Apa menurut kamu, penerbit dan penulis lokal kita mampu memanfaatkan peluang tren tersebut untuk maju ke ranah global?
Mari kita diskusi di kolom komentar! :D