Cara Mengukur Kesuksesan Konten - Menentukan Ukuran yang Berarti


Ada banyak alasan seseorang mulai membuat konten. Ada yang suka karena menikmati prosesnya dan emang suka aja bikin konten di internet. Tapi ada juga yang membuat konten dengan harapan bisa dimonetisasi suatu hari nanti. Dan tidak jarang juga, konten dibuat untuk tujuan marketing dan bisnis.

Kira-kira, kalau kamu adalah content creator, alasanmu membuat konten itu yang mana?

Dalam artikel ini, kita akan bahas tentang ukuran atau metric mana yang bisa digunakan sebagai ukuran sukses konten-konten yang kita unggah, dan apakah semua ukuran atau metrik itu penting untuk tujuan yang ingin kita capai dengan konten-konten kita?



Tujuan Membuat Konten

Dari sini dulu kita mulai, kita perlu tahu tujuan kita mengunggah konten ke internet.

Tujuan kita = Gawang.

Tanpa gawang, pemain bola gak bisa cetak skor.

Coba tanya pada diri sendiri, sebetulnya, kita buat konten untuk apa sih?

Apa pun jawabannya, semua sah-sah aja. Kita manusia bebas yang boleh menentukan tujuan sesuai keinginan dan kebutuhan, selama hal itu gak melanggar hukum dan gak merugikan orang lain kayak kasus-kasus yang sering terjadi.

Kalau pun kamu bikin konten dengan tujuan untuk pamer atau flexing seperti kebiasaan Juniper. Itu pun gak apa-apa.

Kalau pun kamu bikin konten karena ikut-ikutan temen atau terinspirasi dari kreator lain. Itu juga gak apa-apa.

Kalau pun kamu gak punya tujuan, itu lebih enak lagi. Nggak pakai ribet dan repot ngukur-ngukur apa pun, dan gak perlu bikin target apa-apa.

Tapi, satu hal yang perlu kita ingat. Tujuan kita membuat konten = definisi sukses yang kita tuju. Dan definisi sukses yang kita tuju, menentukan ukuran yang kita pakai. Seperti berapa banyak poin atau skor yang diperlukan pemain bola untuk menang dalam pertandingan.


Ribetnya Bikin Konten Tanpa Tujuan

Kalau bikin konten tanpa tujuan yang dipikir baik-baik, nanti kamu kayak aku dulu waktu masih muda dan belom tau banyak, muteeerrr aja terus di tengah lapangan gak jelas juntrungannya.

Selain itu, karena gak ada tujuan, kamu jadi tidak bisa memilih platform yang cocok untuk membagikan kontenmu, juga jenis konten apa aja yang perlu kamu unggah. Apalagi, mengukur kesuksesan konten itu. Mau diukur pakai apa kalau tujuannya aja ga ada?


Tujuan Umum Membuat Konten

Biasanya, kalau perusahaan, bikin konten dengan tujuan pemasaran. Entah itu produk atau jasa yang mereka tawarkan.

Kalau perorangan juga sama. Misalnya Bu Mariam punya toko kelontong dan dia mau bikin akun medsos untuk kasih update stock dan terima pesanan online dari tetangganya.

Kadang, bagi perorangan, bikin konten bisa juga untuk membagikan pengetahuannya, dan memperkuat personal branding biar gampang di-hire perusahaan.

Ga jarang juga, perorangan bikin konten untuk teman dan keluarga aja. Biar kelihatan masih hidup aja.

Alasannya bisa beragam dan bermacam-macam. Setidaknya dari situ, kita jadi tau, konten apa yang perlu dibagikan di media sosial, mau pun blog pribadi, serta BAGAIMANA CARA MENGUKUR KESUKSESANNYA?


Ceritanya dia Bu Mariam yang punya Toko Kelontong:



Contoh Langkah-langkah Mengukur Kesuksesan Konten

Ini hanya gambaran umum aja ya. Kita pakai contoh Bu Mariam yang punya toko kelontong tadi. Biar kamu dapet gambaran Bu Mariam orangnya kayak apa, itu fotonya di atas.

Seperti yang udah diceritakan, Bu Mariam bikin akun medsos untuk kasih update ke pelanggannya dan terima pesanan online.


Langkah 1: Jenis-jenis konten yang perlu diunggah

Berarti, konten yang perlu diunggah Bu Mariam adalah stok produk baru, diskon khusus atau paket hemat, dan memperkenalkan produk-produk best-seller di tokonya. 

Tapi itu hanya sebagian dari contoh yang relevan. Masih ada banyak jenis konten lain yang bisa diunggah Bu Mariam di akunnya.

Konten yang diunggah harus relevan dengan tujuan Bu Mariam bikin medsos. Urusan algoritma, kita kesampingkan dulu. Yang penting konten itu sesuai dengan tujuan utama Bu Mariam.


Langkah 2: Mempromosikan Akun dan Konten

Supaya pelanggan di tokonya tahu Bu Mariam punya akun medos, ya dia perlu mempromosikan akun medsosnya ke pelanggan yang belanja di tokonya secara langsung. Semacam, “di-follow ya kak, nanti saya update kalau ada diskon atau promo.” 

Atau bisa juga, “nanti kalau mager jalan, bisa dianterin kak. Tinggal chat aja.”

Intinya, kalau tidak dipromosikan atau disampaikan langsung, pelanggan ga akan tau. Tidak semua orang adalah Mentalist seperti Deddy Corbuzier, ga bisa baca pikiran.


Langkah 3: Periode Unggah Konten

Berpapa kali update dalam sehari, seminggu, atau sebulan, semuanya tergantung adanya stock atau diskon khusus yang dimiliki Bu Mariam. 

Bisa jadi dibuat 3 bulan sebelum promo sebagai pengumuman dan pengingat, kemudian dilakukan selama diskon khusus masih ada, dan bisa juga kedua cara tersebut.

Yang perlu kita tahu tentang seberapa sering kita perlu mengunggah konten di medsos adalah tujuannya untuk berkomunikasi dan menyampaikan apa yang orang perlu tahu tentang produk atau jasa yang kita miliki seperti contoh Bu Mariam.

Kalau orang sering lupa, maka lakukanlah setiap hari. Kalau banyak yang ingin disampaikan, maka jadwalkan konten dengan baik. Pilih waktu-waktu optimal untuk unggah konten, yaitu jam-jam orang buka medsos.

Karena meskipun tidak semua orang adalah mentalist seperti Deddy Corbuzier, semua orang adalah Dori, just keep swimming dan sering lupa.


Langkah 4: Ukuran untuk Toko Kelontong punya Bu Mariam

Karena Bu Mariam punya tujuan yang jelas, kita tahu sekarang bagaimana cara mengukurnya. Yang perlu diperhatikan oleh Bu Mariam, setidaknya adalah:

  • Jumlah pelanggan lama yang membeli barang lewat chat / medsosnya.
  • Jumlah pelanggan lama yang membeli barang diskon/promo karena lihat informasi di medsosnya.
  • Jumlah pelanggan lama yang menanyakan restock produk lewat chat / kolom komentar.
  • Jumlah pelanggan yang membagikan atau menyimpan konten promosi/diskon di medsosnya.

Sisanya… bonus.

Jumlah like itu tidak berpengaruh ke penjualan bagi Bu Mariam. Percuma nge-like kalau tidak beli, kan? Percuma juga follow kalau tidak beli? 

Emangnya, Bu Mariam bisa bayar tagihan operasional toko dari jumlah likes

Beda cerita jika tujuan Bu Mariam bikin konten medsos adalah menjadi influencer. Nah, di situlah engagement yang biasa disebut-sebut “ngakunya pakar digital marketing” berperan.


Pentingnya Pakar Digital Marketing Beneran

Tidak semua ukuran atau metrik itu berlaku buat setiap organisasi, bisnis, atau perorangan. 

Ukuran dan metrik yang penting haruslah sesuai dengan tujuan dibuatnya akun dan konten media sosial mau pun website dan kanal-kanal digital lainnya.

Tapi, utamanya, semua kanal itu berfungsi untuk berkomunikasi. Makanya, teknologi tersebut punya istilah “Teknologi Informasi dan Telekomunikasi” karena fungsinya untuk memberi informasi dan berkomunikasi. Baik itu dengan pelanggan, teman, saudara, cucu, keponakan, tetangganya tetangga…

Maka, lebih enak kalau dijalankan dengan pakar dan ahli digital marketing beneran. Investasinya memang agak mahal, tapi pengalaman dan keahlian yang mereka miliki, gak mengkhianati hasil.

Tesalonika

I write, draw, and design things. I study Japanese literature, humanities and creative robotics. Learn more: tesalonika.com instagram email

Kamu bisa beri komentar sebagai Anonim, NAMA dan URL Medsos, atau akun Google. Tidak ada moderasi komentar di situs kami. Isi komentar pengguna di luar tanggunjawab Moonhill Indonesia.

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama
Pengunjung situs blog ini diangap telah membaca dan setuju dengan disclaimer konten kami.

Mau terus update? Ikuti kami di Telegram, Whatsapp atau langganan surat kabar via email di bawah ini, GRATIS!!!



Jika blog ini bermanfaat, kamu bisa mendukung kreator menghasilkan lebih banyak konten bermanfaat dengan cara memberi donasi.