Moonhill Indonesia (moonhill.id) - Udah tau belum, tentang apa artinya “sombong”? Ternyata kalau dipikir-pikir, sikap sombong itu gak bagus buat kesehatan mental loh! Kok bisa? Ya, berikut ini penjelasannya!
Artinya “Sombong” yang gak kita sadari
Sombong adalah pola pikir dan perasaan dalam diri seseorang saat dia menganggap dirinya LEBIH daripada orang lain.
Kata “LEBIH daripada orang lain” dalam pengertian saya ini bermakna luas. Misalnya, lebih pandai, lebih tau, lebih cerdas, lebih baik, lebih disukai atau lebih tidak disukai.
Ya, kamu gak salah baca. Merasa lebih dari orang lain bukan soal lebih di hal-hal yang baik aja, tapi juga lebih di hal-hal yang buruk juga.
Kesombongan memang menjelma jadi berbagai rupa, bukan cuma yang meninggi tapi juga yang terlalu merendah termasuk dalam kesombongan.
Jadi saat kita berpikir untuk merendahkan diri (jangan disamakan dengan rendah hati ya, itu beda konsepnya), coba kaji kembali perasaan itu, bisa jadi perasaan itu datang dari kesombongan.
Kita, di dunia ini, tidak pernah lebih baik dari orang lain, atau lebih buruk dari orang. Kita semua setara di hadapan Yang Maha Kuasa, kita hanya berbeda. Saya tidak sama dengan kamu, kamu tidak sama dengan saya, tapi bukan berarti saya lebih baik dari kamu, atau kamu lebih baik dari saya.
Pemikiran bahwa sesuatu lebih baik daripada yang lain hanya muncul ketika ada penilaian dari seseorang. Tentu saja, semua orang berhak menentukan mana yang lebih baik atau tidak cocok dengan diri mereka masing-masing, tetapi penilaian itu hakikatnya menjadi subyektif. Sebab, lebih baik menurut saya, belum tentu baik juga menurut kamu, demikian sebaliknya.
Sikap sombong itu gak baik untuk kesehatan mental
Semua ajaran agama dan budipekerti mengajarkan kita untuk RENDAH HATI (bukan rendah diri) dan ajaran baik itu berasal dari alasan yang kuat.
Gaya hidup dan kesehatan mental kita, akan jauh lebih sustainable atau punya keberlangsungan yang baik jika kita memelihara sikap rendah hati.
Sebaliknya, saat kita hidup dengan kesombongan, kita akan terus berpacu dengan ekspektasi yg gak realistis tentang diri kita dan orang lain di sekitar kita. Alhasil, hidup dan kesehatan mental kita jadi gak sustainable.
Muncul perfeksionisme alias pengen semua sempurna
Coba bayangkan saat kita merasa “LEBIH baik daripada orang lain” kita jadi memaksa diri untuk terus sempurna dalam segala hal. Itu kan gak mungkin. Sebagai manusia, kita perlu ruang aman dan berani gagalan, supaya kita bisa belajar dan bertumbuh dari kegagalan itu.
Saat kita berusaha terlalu keras untuk “sempurna” demi jadi “LEBIH baik daripada orang lain”, akhirnya apa yang terjadi? Kita takut gagal, akhirnya main aman, kita jadi gak bisa maksimal karena kita gak berani ambil resiko yg bakal bikin kita (munkin) gagal atau salah.
Karena main aman mulu, akhirnya ya kita jadi biasa aja. Standard-standard aja gitu, gak lebih gak kurang. Karena “gak mau kalau gak perfek” ya akhirnya gak mulai apa-apa juga.
Ironis ya kalau dipikir-pikir, seperti paradox. Berpikirnya diri ini “lebih” dari orang lain tapi malah gak jadi apa-apa karena perasaan itu.
Kesepian, karena gak ada yang mau jadi temen kita
Kesombongan, merasa “lebih daripada orang lain” akan membuat kita merasa kesepian, karena kesombongan itu membuat kita merasa gak perlu temanan sama orang lain.
Kesepian itu bukan karena sendirian ya, tapi kesepian itu perasaan yang muncul karena gak ada yang “ngerti” kita tuh gimana. Yha, gimana, gak ada yg bisa relate sama orang yang apa-apa mau serba perfek dan lebih baik/buruk dari orang lain sih…
Akibat kita sombong itu, kita jadi merasa gak ada orang lain yang cukup baik buat kita. Selain itu, kesombongan juga bakal bikin orang lain gak nyaman temenan atau berada di dekat kita. Siapa yang betah berlama-lama dengan orang yang merasa lebih baik dari orang lain? Orang sombong pasti punya kecenderungan merendahkan orang lain.
Kalau terus seperti itu, bagaimana kelangsungan hidup kita nantinya? Sebab manusia adalah makhluk sosial alias kita butuh satu sama lain untuk hidup. Di sadari atau tidak, saat kita kesulitan atau punya masalah berat, menghadapinya jadi agak ringan kalau kita memiliki sahabat atau saudara yang mendengarkan tanpa menghakimi kita, menguatkan dan menyemangati, ya kan?
Kemudian, tau gak sih kalau kesepian itu bakal bikin kita meninggoy lebih cepat? Udah banyak penelitian ilmiah soal isu tersebut. Tidak perlu lah ya kita membuktikan dengan cobain sendiri. Ya kali gitukan…
Kesombongan memperburuk gangguan kecemasan dan depresi
Nah, ini nih.. bom atom-nya! Coba bayangkan ya, seseorang hidup dalam ekspektasi tinggi banget (gak realistis) ke diri sendiri, trus merasa gak ada orang yang cukup baik buat jadi temen kita, apa yang akan terjadi saat dia dalam masalah?
Mau gila gak sih?! Emang enak hidup kayak gitu ya?
Udah harus sempurna menyelesaikan masalah, gak punya temen buat berbagi cerita atau memberi kita semangat. Kalau Minmoon di posisi itu (udah pernah sih) jujurly mau gila rasanya.
Kesombongan tidak selalu menyebabkan gangguan kecemasan, tetapi dapat memperburuk gejala kecemasan yang sudah ada.
Orang yang sombong cenderung merasa bahwa mereka lebih baik daripada orang lain, dan ini dapat membuat mereka merasa tidak perlu mencari dukungan atau bantuan dari orang lain.
Selain itu, kesombongan juga dapat membuat orang lain merasa tidak nyaman atau tidak suka berada di sekitar kita, yang dapat memperburuk perasaan kesepian, kecemasan, dan depresi.
Kesimpulan
Kesombongan dapat merugikan kesehatan mental, menciptakan ekspektasi tak realistis, dan memicu kesepian. Sikap rendah hati dianggap lebih baik untuk keberlangsungan hidup dan kesehatan mental, sementara kesombongan dapat mengakibatkan perfeksionisme, kesepian, dan memperburuk gangguan kecemasan serta depresi. Jadi, memelihara sikap rendah hati adalah kunci untuk kehidupan yang lebih seimbang dan sustainable ––alias berkelanjutan.
Posting Komentar
Kamu bisa beri komentar sebagai Anonim, NAMA dan URL Medsos, atau akun Google. Tidak ada moderasi komentar di situs kami. Isi komentar pengguna di luar tanggunjawab Moonhill Indonesia.