Cara Mengingat Hal yang Sudah Dipelajari – Stoikisme



Moonhill Indonesia (moonhill.id) - Pernah nggak kamu lupa akan pelajaran hidup yang telah kamu pelajari kemarin? Kalau jawabannya, iya, kita sama. Aku juga sering lupa. Bukan hanya pelajaran sekolah, tapi juga pelajaran penting dalam kehidupan, seperti menghadapi masalah, atau menghindari situasi yang tidak menguntungkan bagi kita.

Aku berusaha mencari cara supaya nggak lupa dengan hal-hal penting itu. Kemudian, melalui sebuah buku, Lessons in Stoicism, aku diingatkan pada kebiasaan yang sudah lama aku lupakan juga, yaitu Journaling. Dalam buku tersebut, diceritakan bagaimana Marcus Aurelius dan Seneca mengingat pelajaran berharga. Mereka selalu menyediakan waktu untuk meditasi dan menulis jurnal. 


Melakukan Meditasi Sebelum Memulai Hari

Marcus Aurelius menulis sebelum dia memulai hari. Jurnal tersebut dijadikan sebuah buku yang bisa kamu baca, judulnya, Meditation

Cara Marcus Aurelius adalah dengan mengingatkan dirinya sendiri bahwa alam (Nature) diisi dengan proses yang berjalan terus menerus, segala hal bisa berubah, tidak ada yang stabil, dan tidak ada yang bisa dia lakukan tentang hal tersebut. Dengan begitu, Marcus mengingatkan juga pada diri sendiri untuk tidak berusaha mengambil kendali atas hal-hal yang tidak ada dalam kendalinya. Yang bisa dia lakukan hanya menerima dan melakukan dengan baik hal-hal yang ada dalam kendalinya, seperti reaksi dan penilaiannya atas suatu keadaan atau kejadian.


Melakukan Refleksi Diri Di Akhir Hari

Seneca punya beberapa buku catatan yang juga sudah diterbitkan menjadi buku. Berbeda dari Marcus, Seneca menulis di akhir hari. Dia selalu melakukan refleksi dan menuliskan hasil dari refleksi tersebut. 

Dalam refleksinya, Seneca menayakan beberapa pertanyaan seperti;
  • Kekurangan diri apa yang berhasil aku taklukan hari ini?
  • Kebajikan apa yang dapat aku wujudkan hari ini?
  • Nilai-nilai baik apa yang bisa kucerminkan lewat perbuatanku hari ini?
Jika Seneca masih menemukan kalau dia tidak menjalani harinya dengan baik, dia mengingatkan agar berusaha lebih baik lagi di esok hari.


Mempraktikan Kesadaran Diri Setiap Saat dan Setiap Waktu

Epictetus, mengambil jalur yang lebih ekstrim. Dia mempraktikan self-awareness atau kesadaran diri di setiap saat dan setiap waktu. Tak hanya mengingatkan diri tentang hal yang dapat dia kendalikan dan tidak, Epictetus juga berfokus pada judgement atau penilaian kita atas suatu kejadian atau keadaan. Lupakan tentang hal-hal yang tidak dapat kita kendalikan dan kita ubah, tapi gunakan semua energi dan fokus kita pada cara kita menilai sesuatu.

Bagi Epictetus, seseorang harus terus waspada, karena kalau kita sampai terpeleset, meski hanya sebentar, kita beresiko kembali ke kebiasaan-kebiasaan buruk. Epictetus bahkan menggunakan analogi seorang Pelaut yang sedang belayar dengan kapal;

Jauh lebih mudah jika sang pelaut menabrakkan kapalnya daripada berlayar dengan aman; yang perlu dia lakukan hanya melawan angin dan bencana akan terjadi secara instan. Pada kenyataannya, dia bahkan tidak perlu melakukan apa-apa: sesaat kehilangan perhatian akan menghasilkan kejadian yang sama.

Jika kita membiarkan perhatian kita terpencar, dengan cepat kita akan kehilangan progres yang telah kita capai. Jadi kita perlu waspada dan menyempatkan waktu refleksi diri setiap hari.


Memiliki Lingkungan yang Tepat untuk Bertumbuh

Epictetus mengingatkan murid-muridnya di Nicopolis untuk tidak segera kembali ke kampung halaman mereka. Mereka diingatkan oleh Epictetus untuk menjalin silaturahmi dengan teman-teman sekolahnya, jika mereka berniat keluar dari cari hidup mereka yang lama. Epictetus juga memberi wejangan pada muridnya agar tidak terlalu dekat dengan orang lain selama mungkin. Setidaknya, sampai kebiasaan baru sudah benar-benar tertanam

Namun tidak berarti, Epictetus meminta murid-muridnya menjadi antisosial, justru sebaliknya, Epictetus ingin mereka memilah orang-orang seperti apa yang pantas untuk mereka jadikan teman dan menghabiskan waktu bersama. Orang-orang yang dimaksud oleh Epictetus adalah;

Orang-orang yang punya kebiasaan baik, yang berada di jalan yang sama dengan kita, yang mengerti dan menghargai hal yang sedang kita lakukan.

Jadi, Epictetus ingin kita lebih sadar dengan siapa kita berinteraksi dan menghabiskan waktu bersama, lebih sadar pengaruh apa yang mereka paparkan pada kita, bagaimana kita ––secara tidak sadar–– mengadopsi cara berpikir dan perbuatan mereka.

Jadi kalau kita ingin berkembang ke arah yang lebih baik dan memiliki kebiasaan yang baik, sangat disarankan untuk menghindari orang-orang yang hidupnya serampangan dan tidak mencerminkan hal yang kita inginkan dalam hidup. Sebaliknya, bergaulah dengan orang yang menganut nilai yang sama dengan kita atau bersama dengan orang-orang yang kita kagumi.


Photo from Freepik.com
Katia

Anagram of a fiction writer, telling stories since 2014. Co-founder of Moonhill.id.

Kamu bisa beri komentar sebagai Anonim, NAMA dan URL Medsos, atau akun Google. Tidak ada moderasi komentar di situs kami. Isi komentar pengguna di luar tanggunjawab Moonhill Indonesia.

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama
Pengunjung situs blog ini diangap telah membaca dan setuju dengan disclaimer konten kami.