Moonhill Indonesia (moonhill.id) - Banyak penulis menggunakan nama samaran, pseudonym, atau nama pena. Ada beberapa alasan mengapa mereka lebih suka menggunakan nama pena daripada menggunakan nama asli. Mulai dari menjaga privasi, membedakan gaya penulisan dan genre, branding, hingga sekadar menjaga tradisi dalam dunia kepenulisan.
Penggunaan nama pena telah menjadi bagian dari tradisi sastra selama berabad-abad. Banyak penulis terkenal seperti Mark Twain (nama aslinya Samuel Clemens), George Orwell (nama aslinya Eric Arthur Blair), dan J.K. Rowling (nama aslinya Joanne Rowling) menggunakan nama pena.
Apakah kamu pembaca atau penulis? Jika kamu tertarik dengan topik ini, mari kita bahas alasan-alasan para penulis menggunakan nama samaran atau nama pena.
{tocify} $title={Table of Contents}
Menjaga Privasi atau Anonimitas
Alasan utama mengapa penulis menggunakan nama pena adalah menjaga privasi mereka di dunia nyata. Dengan menggunakan nama pena, penulis bisa bebas mengekspresikan dirinya tanpa mengungkap identitas pribadi mereka. Pastinya, alasan ini relevan jika menulis topik-topik dengan isu sensitif.
Contoh beberapa penulis yang menggunakan nama pena dengan alasan menjaga privasi atau anonimitas adalah George Orwell (nama aslinya adalah Eric Arthur Blair), penulis dari novel 1984, dan Animal Farm yang sangat berpengaruh.
Penulis Indonesia yang menggunakan nama pena untuk menjaga anonimitas juga ada, misalnya Ilana Tan (penulis buku tetralogi empat musim) yang sampai hari ini belum diketahui identitas aslinya oleh publik.
Membedakan Gaya Penulisan dan Genre
Seorang penulis mungkin memiliki beberapa nama pena, tidak hanya satu tetapi bisa dua hingga tiga nama yang berbeda. Alasannya untuk membedakan gaya penulisan. Misalnya, penulis mungkin memilih nama yang terdengar lebih misterius, romantis, atau dramatis daripada nama asli mereka. Ini membantu memperkuat pesan atau tema yang ingin mereka sampaikan melalui tulisan mereka.
Beberapa penulis menggunakan nama pena untuk mengeksplorasi genre atau topik yang berbeda dari biasanya. Dengan menggunakan nama pena, mereka dapat menulis dalam berbagai gaya dan menghindari pembatasan yang mungkin terkait dengan nama asli mereka.
Contohnya Joanne Rowling menggunakan “J.K Rowling” nama pena yang dikenal dengan serial Harry Potter, dan dia menggunakan nama pena lain, yaitu “Robert Galbraith” untuk mengeksplorasi genre detektif misteri.
Menjadi Brand atau Merek
Nama pena dapat membantu dalam pemasaran dan branding. Nama yang mudah diingat atau unik dapat membantu penulis menarik perhatian pembaca dan membangun basis penggemar.
Nama pena yang dijadikan brand atau merek dengan basis penggemar yang kuat, bisa diteruskan menjadi franchise atau waralaba. Misalnya, nama “Agatha Christie” yang kini terus menjadi waralaba terkenal. Karyanya tidak hanya diadaptasi dalam berbagai media (novel, komik, graphic novel, teater, film, dan podcast/drama radio) tetapi juga diteruskan dan dikelola oleh pemilik IP (intellectual property).
Selain itu, sebenarnya nama pena yang menjadi brand atau merek, ada juga yang ditulis oleh lebih dari satu penulis, alias dikelola dan dikembangkan oleh sekelompok penulis. Biasanya nama pena tersebut memang dibuat oleh industri atau publisher atau penerbit. Misalnya saja “William Shakespeare” yang dicurigai merupakan nama pena dari sekelompok penulis dari kelas bangsawan demi menjaga identitas asli mereka.
Ingatlah bahwa alasan penggunaan nama pena dapat bervariasi tergantung pada penulisnya. Beberapa penulis mungkin memiliki alasan pribadi yang tidak tercantum di atas. All in all, nama pena adalah cara bagi penulis untuk mengekspresikan diri mereka dan menghadirkan karya mereka kepada dunia tanpa batasan identitas pribadi. Kalau kamu mau membuat nama pena, kamu bisa mengikuti tips membuat nama pena berikut ini.