Bayangkan ini: kita hidup di dunia di mana kecerdasan buatan atau AI (Artificial Intelligence) tipe generative model bisa membantumu memilih kata-kata terbaik untuk mengucapkan selamat pagi pada pasanganmu, tetapi di saat yang sama, kota-kota besar kita dipenuhi tunawisma, suhu bumi terus memanas, dan pendidikan semakin terabaikan. Absurd? Tapi itulah arah masa depan yang sedang kita tuju, atau setidaknya seperti yang dipromosikan oleh para raksasa teknologi seperti Google dan Meta.
Belakangan ini, AI tools dipasarkan dengan janji-janji manis untuk mempermudah kehidupan sehari-hari. Google memperkenalkan fitur AI yang dapat membantumu menulis email lebih cepat atau membuatkan puisi untuk orang tersayang. Meta tidak ketinggalan dengan AI yang bisa membuat postingan media sosialmu lebih estetik. Sekilas, ini tampak seperti kemajuan besar. Tapi mari kita berpikir lebih dalam: apakah benar ini masalah yang mendesak untuk diselesaikan?
Masalah Mendesak yang Sesungguhnya
Ada ironi yang mencolok di sini. Kita hidup di zaman dengan berbagai krisis besar. Perubahan iklim semakin ekstrem, mengancam kelangsungan hidup generasi mendatang. Masalah sosial seperti tunawisma dan ketidakadilan ekonomi terus memburuk. Dan pendidikan, yang seharusnya menjadi fondasi masa depan, justru diabaikan di banyak tempat. Namun, perusahaan-perusahaan teknologi ini tampaknya lebih tertarik mengembangkan AI untuk membantu kita menyusun pesan teks yang "sempurna".
Mengapa ini terjadi? Salah satu jawabannya adalah logika pasar. Big tech companies tidak akan menghasilkan keuntungan besar dengan menyelesaikan masalah seperti perubahan iklim atau tunawisma. Proyek-proyek seperti itu terlalu kompleks, mahal, dan, sering kali, politis. Sebaliknya, mereka bisa menghasilkan miliaran dolar dengan menjual produk AI yang terlihat keren dan mudah dipasarkan kepada konsumen individu. Mereka tahu bahwa kita lebih mungkin membayar untuk aplikasi yang membuat hidup kita sedikit lebih nyaman daripada untuk solusi besar yang mungkin tidak terasa dampaknya secara langsung.
Tetapi, konsekuensinya adalah kita menjadi masyarakat yang semakin terobsesi dengan kenyamanan kecil sementara mengabaikan masalah besar yang mendesak. Teknologi, yang seharusnya menjadi alat untuk transformasi, justru menjadi alat pelarian dari kenyataan. Kita terlalu sibuk memilih filter Instagram atau meminta AI menyempurnakan caption media sosial, sementara dunia di luar semakin kacau.
Mempertanyakan Peran AI dalam Kehidupan Sehari-hari
Lalu, apa yang bisa kita lakukan? Mungkin langkah pertama adalah dengan mulai mempertanyakan prioritas kita, baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat. Daripada kagum pada setiap inovasi AI yang diumumkan, kita perlu bertanya: apakah ini benar-benar penting? Apakah ini membantu menyelesaikan masalah nyata atau hanya sekadar mengalihkan perhatian kita?
Kita juga perlu mendesak para pembuat kebijakan untuk lebih kritis terhadap arah perkembangan teknologi. Alih-alih memberikan insentif pada inovasi yang hanya mengejar keuntungan, dukunglah riset dan pengembangan teknologi yang benar-benar bisa membawa perubahan positif, seperti energi terbarukan atau solusi untuk mengatasi ketimpangan sosial.
Masa depan memang penuh potensi, tetapi potensi itu tidak akan terwujud tanpa arah yang jelas. Jika kita membiarkan tren dan keuntungan jangka pendek menjadi penentu, kita mungkin akan menemukan diri kita terjebak di masa depan yang aneh, di mana AI lebih peduli pada pesan teksmu daripada kelangsungan hidup planet ini.
Posting Komentar
Kamu bisa beri komentar sebagai Anonim, NAMA dan URL Medsos, atau akun Google. Tidak ada moderasi komentar di situs kami. Isi komentar pengguna di luar tanggunjawab Moonhill Indonesia.